Dedi Mulyadi: Disharmonisasi dengan Alam Lahirkan Masyarakat Depresi

Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jabar – Rangkaian Ruwat Jagat Mapag Hujan yang diinisiasi Kang Dedi Mulyadi (KDM) berlanjut dengan kegiatan Harmoni Diri yang digelar di Bale Pamanah Rasa, Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (4/10/2023) malam.

Makan Bergizi Gratis, Pelajar Subang : Hemat Uang Saku

Menurut KDM ruwat jagat merupakan tradisi leluhur untuk mengingatkan diri pada mengharmonikan diri dengan alam. Ia mencoba menerjemahkan tradisi tersebut melalui pola pikir akademis dan narasi kebudayaan yang dulu terpaku dalam ritualitas dianggap mistik atau klenik.

“Jadi ngaruwat itu saya terjemahkan dalam pikiran ekologi,” ucap Kang Dedi.

Dedi Mulyadi Gunakan Cara Bijak Atasi Penyerobotan Lahan Petani di Subang

Ia menjelaskan, El Nino menyebabkan kekeringan namun di Lembur Pakuan masih bisa panen tiga kali dalam satu tahun karena aliran sungai dan sumber mata air relatif masih terjaga.

“Tapi saya mengingatkan kalau daerah hulu ditambang batunya, pasirnya, ke depan El Nino tidak bisa lagi panen,” ucapnya.

Bak Film Titanic Empat Nelayan Terombang-ambing di Lautan, DKP Subang: Gunakan Navigasi

Untuk itu ruwat jagat kali ini diterjemahkan dalam semangat evaluasi tata ruang. Pertama, regulasi yang kini berbasis digital yang dianggap lebih cepat faktanya masih lambat karena terkoneksi dalam satu server yang dimasukkan berbarengan seluruh Indonesia.

Kedua, lanjut KDM, perizinan yang masuk tidak bisa dikoreksi dan dibuat pertimbangan ekologi karena berat pada sisi politik dan kepentingan. Padahal dimungkinkan terjadi kesalahan sehingga tetap harus ada pertimbangan ekologi dan masukkan untuk mempertahankan tata ruang.

“Kalau tata ruang telat dibenahi maka kacau. Maka ke depan Indonesia tidak ada pilihan untuk mengevaluasi tata ruang agar harmoni,” ujarnya.

Belum lagi, kata dia, setiap daerah melakukan improvisasi pembangunan yang menambah ruwet tata ruang. Begitupun dengan kehidupan masyarakat saat ini tidak lagi harmoni dengan diri sehingga menyebabkan depresi.

“Problem indonesia saat ini adalah disharmonisasi dengan alam melahirkan masyarakat yang depresi, sehingga saya membuat harmoni diri karena Indonesia sekarang mengalami disharmonisasi di semua lini,” kata Kang Dedi Mulyadi.

Bagi Kang Dedi Mulyadi evaluasi tata ruang tersebut bisa dikerjakan dengan cepat karena dibantu oleh kemajuan teknologi. “Tapi cepat atau lambatnya itu tergantung dari kemauan untuk melakukan evaluasi atau tidak,” tuturnya.

Pada ruwat jagat kali ini KDM pun mengajak ribuan masyarakat yang hadir untuk bertafakur menjadi orang-orang yang harmoni dengan alam dan berperilaku.

Rangkaian ruwat jagat ‘Harmoni Diri’ pun ditutup dengan penampilan grup musik Emka9 dan penyanyi Fadhilah Intan yang membawakan sejumlah lagu andalannya seperti ‘Dawai’ dan ‘Denting’.