Puluhan Tahun Tak Bertemu, Presiden Iran Akhirnya Injakan Kaki ke Arab Saudi Demi Palestina
- screenshoot berita VivaNews
Pada Sabtu pagi waktu setempat, Kementerian Luar Negeri Saudi mengumumkan bahwa kedua KTT tersebut akan diadakan menjadi satu pertemuan. Keputusan ini menggarisbawahi pentingnya mencapai konsensus negara-negara di Timur Tengah.
"Posisi kolektif yang bersatu yang mengekspresikan kehendak bersama Arab dan Islam mengenai perkembangan berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya yang terjadi di Gaza dan wilayah Palestina," tulis sebuah keterangan.
Dilaporkan, pada hari Jumat (10/11/2023), Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman turut mengutuk agresi militer Israel.
"Apa yang dihadapi Jalur Gaza dari serangan militer, penargetan warga sipil, pelanggaran hukum internasional oleh otoritas pendudukan Israel,” kata Mohammaed bin Salman
KTT ini diadakan di tengah perpecahan yang dilaporkan diantara negara-negara Arab, dimana sekelompok negara yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 dilaporkan menolak proposal yang mengancam akan mengganggu pasokan minyak ke Israel dan sekutunya, serta memutuskan hubungan ekonomi dan diplomatik dengan Israel.
Hanya sedikit negara Arab yang memiliki hubungan formal dengan Israel. Negara-negara yang melakukan hal tersebut termasuk Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Pada tahun 1973 hingga 1974, ketika tidak ada hubungan seperti itu, negara-negara penghasil minyak Arab menciptakan apa yang kemudian dikenal sebagai 'Kejutan Minyak' setelah menerapkan embargo minyak sebagai tanggapan atas dukungan AS terhadap Israel selama Perang Yom Kippur. Embargo ini menyebabkan meroketnya harga minyak di seluruh dunia.