Belanja Pembangunan yang Tidak Tepat Hamburkan Anggaran, Manfaat ke Warga Nihil

Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jabar – Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengungkapkan saat ini banyak anggaran yang tidak fokus sehingga pembangunan tak bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Salah satunya perihal jalan rusak.

Perdana di Subang, FIF Pidanakan Pelaku Tindak Fidusia

Hal tersebut diungkapkan oleh Kang Dedi Mulyadi saat obrolan santai dengan Kepala Desa Sukasari, Kabupaten Subang, Oleh Solihin, sebelum melakukan olahraga pagi bersama.

Mulanya Kang Dedi menanyakan perihal dana desa didapat oleh Desa Sukasari yang juga menaungi Lembur Pakuan. Oleh membeberkan dana desa yang didapat saat ini adalah 890 juta.

Berkah Undang-Undang, Pelaksanan Pilkades di 165 Desa Ditunda

Dari segi aturan 40 persen atau sekitar Rp 300 juta untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan. Sisanya Rp 200 juta untuk ketahanan pangan, Rp 100 juta untuk ekonomi warga desa, sisanya untuk penanganan stunting dan lain-lain.

"Kalau dari Pemprov (Jawa Barat) itu Rp 130 juta, Rp 60 jutanya untuk fisik perbaikan desa, sisanya operasional. Kalau dari kabupaten ada anggaran untuk gaji RT RW dan lainnya, untuk RT itu Rp 3 juta setahun," kata Oleh.

Dedi Mulyadi Dicegat di Bandung Barat, Didesak Maju di Pilgub Jabar

Kang Dedi cukup kaget mendengar hal tersebut. Sebab saat ia menjabat sebagai Bupati Purwakarta gaji RT mencapai Rp 750 ribu per bulan, RW Rp 800 ribu perbulan. Belum lagi Babinsa dan Bhabinkamtibmas mendapatkan biaya operasional tambahan.

"Dengan anggaran yang kecil saya bisa kok menggaji segitu, sampai terakhir membangun air mancur (Sri Baduga Maharaja). Kemudian SD tidak ada yang jelek, SMP dan SMA setiap kecamatan ada, sebelum zaman BPJS warga bisa berobat gratis cukup pakai KTP. Itu semua bisa karena uang dikelola dengan baik," kata Kang Dedi.

Sebagai warga yang tinggal di Lembur Pakuan, Kang Dedi memberikan saran agar anggaran yang ada tidak dipecah-pecah karena tidak akan pernah ada wujudnya. 

Caranya, kata Kang Dedi, uang atau anggaran difokuskan per tahun pada satu wilayah. Karena di Sukasari ada enam RW maka dalam kurun waktu satu periode jabatan kepala desa semua bisa dibangun dengan baik 

"Satu tahun satu RW. Misal tadi infrastruktur Rp 400 juta, ya sudah itu fokuskan dulu tahun pertama untuk satu RW. Uang segitu bisa bikin jalan hotmix dengan kualitas baik. Dengan seperti itu baru ada wujudnya. Di banding anggaran dibagi-bagi yang nilainya tak seberapa dan tak pernah ada wujudnya," ucapnya. 

Sebagai warga dan tokoh Kang Dedi siap membantu Oleh untuk memberikan pengertian kepada masyarakat desa bahwa pengelola anggaran akan difokuskan pada program prioritas. Sehingga pembangunan akan terasa.

"Ini Lembur Pakuan tidak pakai dana desa, tidak pakai dana provinsi atau kabupaten, tapi ini pakai DD, Dana Dedi. Ini kalau dibangun oleh Pemda biaya pemeliharaan bisa mahal, tapi dikelola sendiri bisa murah," ucap Kang Dedi.

Ia menilai mayoritas pembangunan yang ada saat ini mengalami kegagalan karena beracuan pada platform anggaran. Setiap OPD diberi jatah anggaran yang kemudian diterjemahkan dalam pikiran masing-masing.

Jika terus dilakukan seperti itu maka sampai kapanpun pembangunan akan gagal. Seharusnya hal itu dilihat dari prioritas pembangunan yang menjadi kebutuhan dasar publik. Seperti halnya jalan.

"Infrastruktur fokuskan dulu dari mulai jalan penghubung desa, penghubung kecamatan, penghubung kabupaten, penghubung provinsi dibuat rencana. Periksa setiap anggaran sesuai tidak dengan kebutuhan dasar. Semua bergerak dengan fokus yang sama," katanya. 

"Banyaknya jalan yang rusak ini akibat belanja pembangunan yang tidak tepat," sambungnya.

Kang Dedi Mulyadi mengatakan apa yang diungkapkan adalah sebuah bukti nyata saat ia menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Meski memiliki anggaran terkecil di Jawa Barat, Purwakarta bisa menjadi kabupaten yang sangat berkembang dengan berbagai pembangunan yang luar biasa.

"Saya bukan bermaksud mengajari, tapi saya mengalami memimpin dengan anggaran kecil tapi bisa segala ada. Bukan teori, tapi lihat buktinya," pungkas Kang Dedi Mulyadi.