Kilas Balik Perjalanan Politik KDM, Dari Tukang Ketik Hingga Jadi Pejabat Publik
- Istimewa
Dalam setiap perjalanan, Kang Dedi selalu memiliki nilai idealism dan gagasan bahwa sebuah organisasi harus membangun ruang terbuka bagi para kadernya untuk berkompetisi secara sehat. Sebab hanya organisasi memiliki ruang tersebut yang akan bertahan sepanjang masa karena adanya regenerasi.
“Itu selalu jadi ide gagasan yang saya miliki karena sebelum rangkaian kegiatan politik yang saya lalui hari ini semua melalui proses kaderisasi dan semuanya melalui proses kompetisi yang sehat. Saya senang ruang kompetisi secara terbuka karena di situ orang yang memiliki kualifikasi terbaik akan menjadi terdepan, itulah berpolitik,” ujarnya.
Jauh sebelum terjun ke politik, saat SMA Kang Dedi mengagumi dua sosok yakni BJ Habibie dan Prabowo Subianto. Dua orang hebat itu diyakini bisa membawa Indonesia menjadi lebih hebat dan disegani dunia. Sayangnya saat itu BJ Habibie tak mau mencalonkan diri kembali sebagai presiden karena laporan pertanggungjawabannya ditolak. Sementara Prabowo mengalami permasalahan internal TNI.
Ia meyakini apa yang dialami oleh Prabowo dengan segala macam fitnah yang menyerang adalah tidak benar. Bahkan Prabowo seolah menerima dengan diam seribu bahasa sebagai bentuk kesetiaan pada kesatuan yang harus tetap terjaga integritasnya. Dan tidak semua orang bisa melakoni seperti yang dijalani oleh Prabowo.
Seiring waktu Prabowo masuk ke dunia politik dan mengikuti konvensi di Golkar. Saat itu KDM terkesima dengan jiwa patriotik Prabowo dengan semangat menggaungkan Macan Asia. Ia membayangkan Prabowo memiliki mimpi besar yang sangat luar biasa.
“Tetapi saya katakan satu kali belum waktunya, bukan gagal, dua kali belum waktunya bukan gagal, dan sekarang saya punya mimpi, sekarang waktunya. Karena sekarang waktunya maka saya terpanggil dengan spirit itu untuk mewujudkan mimpi Pak Prabowo memimpin negeri ini dan saya juga ingin dong menjadi orang yang ikut memiliki partisipasi aktif mewujudkan gagasan dan mimpinya tentang Indonesia,” ujar KDM.
Dari spirit itu, kata KDM, ada langkah dan konsekuensi politik yang harus diambil dengan bergabung ke Partai Gerindra. Namun hal tersebut tak sebanding dengan pengorbanan Prabowo untuk kepentingan negara.