Pakar Puji Model Kepemimpinan Erick Thohir: Indikasi Calon Pemimpin Nasional yang Baik
- Screenshot berita VivaNews
"Bisa saja apa yang dilakukan Erick diberbagai kesempatan dengan memberikan contoh kepemimpinan di BUMN dan PSSI menjadi salah satu indikasi sebagai calon pemimpin nasional yang baik. Situasi sosial politik dan ekonomi mendatang sangat membutuhkan sosok pemimpin yang lengkap. Namun saya ingin menyembut nama sosok," ucap Suryanto.
Secara psikologis, pemimpin memberikan contoh yang baik dan konsisten akan mempengaruhi anak buahnya. Jika calon pemimpin memiliki karakter yang ideal, maka mau tak mau menurut Suryanto akan mempengaruhi anak buahnya. Karena secara psikologi prinsip pemimpin adalah mempengaruhi orang lain. Sehingga diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik pada anak buahnya dan akhirnya kepada masyarakat.
Selain itu menurut Suryanto, di masa mendatang Indonesia membutuhkan calon pemimpin nasional yang tak sekadar transaksional dengan lembaga tertentu. Sehingga calon pemimpin nasional mendatang memiliki komitment terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
"Saat ini banyak orang yang menjadi pemimpin karena transaksional. Saat ini bukan eranya lagi orang yang berkuasa karena transaksional. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang bisa kerja. Buka hanya pintar ngomong. Pemimpin yang memiliki karakter seperti itu dapat menjawab tantangan dan membawa bangsa Indonesia menjadi lebih maju lagi," kata Suryanto.
Mernurut Suryanto, saat ini pemilih muda sudah sangat kritis dan rasional. Bahkan anak muda saat ini sudah dapat melihat calon pemimpin tersebut bisa kerja atau hanya pencitraan saja. Tak cukup meyakinkan pemilih sekarang dengan jargon. Suryanto mengakui memang opini publik calon pemimpin nasional bisa dibangun melalui media sosial.
"Namun tidak semua opini yang dibangun melalui buzzer sukses. Pemilih muda saat ini sudah sangat cerdik dan dapat melihat sosok calon pemimpin nasional yang bisa kerja atau yang hanya sekadar dibangun melalui opini. Apa lagi banyak opini yang dibangun buzzer itu tidak logis. Model pencitraan yang dibangun oleh calon pemimpin nasional melalui buzzer menurut saya kedepannya akan tak disukai masyarakat. Imbasnya bisa nanti tak dipilih," pungkas Suryanto.