Terkuak! Kisah Pilu Dante di Sekolah: Takut Renang, Diam-diam Bahagia Bertemu Ayah, Hingga Tewas

Angger Dimas dan Dante
Sumber :
  • Berbagai Sumber

Jabar –Tragedi kematian Dante, putra semata wayang dari pasangan produser dan DJ Indonesia, Angger Dimas dan Tamara Tyasmara, menggemparkan publik. Polisi telah menangkap YA sebagai pelaku pembunuhan bocah berusia enam tahun itu.

Agenda Pembacaan Eksepsi, JPU Sebut Kuasa Hukum Yosep Kurang Cermat

Namun, kasus ini masih menyimpan banyak misteri. Apa motif YA membunuh Dante? Bagaimana hubungan Dante dengan orang tuanya? Apakah ada kaitan antara kematian Dante dengan kegiatannya berenang di sekolah?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pihak sekolah tempat Dante bersekolah akhirnya buka suara. Wani Siregar, Ketua Yayasan & Parents Relation di Janitra Bina Manusa School, memberikan keterangan resmi tentang kondisi Dante di sekolah.

Ziarahi Makan Dante di Hari Lebaran, Tamara Tyasmara Ungkap Kesedihan

Dalam rilis yang diterima IntipSeleb pada hari ini Kamis (15/2/2024), Wani Siregar mengungkapkan bahwa Dante adalah anak yang ceria dan baik hati. Dia juga mengatakan bahwa Dante semakin bahagia setelah bertemu ayahnya.

"Dante bukan tipe anak yang suka memulai percakapan spontan, tetapi ada saat-saat ketika dia berbagi tentang bertemu ayahnya. Tidak ada detail khusus, tetapi Dante hanya menyebut bahwa dia bersenang-senang dengan Ayahnya, menginap di rumahnya, dan sangat merindukannya. Dante terlihat sangat bahagia," kenang Wani.

Lebaran di Jeruji Besi, Pembesuk Yosep Wajib Minta Izin Pengadilan Negeri Subang

Namun, dibalik keceriaannya, Dante ternyata memiliki masalah psikis yang tidak diketahui banyak orang. Wani Siregar menjelaskan bahwa Dante jarang berbicara, tidak nakal atau agresif, dan sering diam saat berkonflik dengan teman sekelasnya.

"Dante berteman dengan semua orang dan menjadi teman bermain favorit bagi teman perempuannya karena sifat baiknya, perhatian, dan sikap tenang," ungkap Wani.

Salah satu hal yang membuat Dante takut adalah berenang. Wani Siregar mengatakan bahwa Dante awalnya sangat ketakutan dan enggan melepaskan pelukan gurunya saat sesi renang pertama kali diadakan di sekolah.

Kemudian, Dante mulai berani berenang, tetapi masih kurang percaya diri. Dia lebih suka duduk di pinggir kolam sambil mengamati sebelum memutuskan untuk masuk ke air. Dia selalu menjadi yang terakhir untuk berenang, dan sekolah tidak memaksanya untuk berenang, tetapi memberikan dorongan dan dukungan.

"Dante hampir tidak pernah mengikuti sesi renang di sekolah dalam tiga bulan terakhir karena selalu absen saat jadwal renang kelasnya diadakan. Meskipun di kolam sekolah Dante tidak pernah mengalami kecelakaan, tetapi menurut ibunya, ketakutan Dante terhadap kolam disebabkan oleh insiden tenggelam di hotel," tambah Wani.

Fakta lain yang mengejutkan adalah bahwa Angger, sebagai ayah Dante, ternyata telah menanggung biaya sekolah dan berkomunikasi secara aktif dengan pihak sekolah terkait administrasi. Hal ini menunjukkan bahwa Angger peduli dengan pendidikan Dante, meskipun jarang bertemu dengannya.

Pihak sekolah mengucapkan belasungkawa atas kematian Dante dan berharap agar kasus ini segera terungkap. Mereka juga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis kepada siswa dan guru yang terpukul dengan kepergian Dante.