Korut Nekat Suplai Amunisi Artileri ke Rusia, AS Pantang Mundur dan Tetap 'PD'
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan sederet moda transportasi saat lawatan ke dalam maupun luar negeri. Diantaranya kereta, mobil mewah hingga pesawat.
Baru-baru ini, Kim Jong Un melakukan perjalanan ke Rusia bertemu Presiden Vladimir Putin menggunakan kereta antipeluru.
Pasca pertemuan Kim Jong-un dan Vladimir Putin pekan lalu, Korea Utara (Korut) diyakini akan menyuplai amunisi artileri ke Rusia. Hal ini adalah bentuk dukungan Kim terhadap invasi militer Rusia yang masih berlangsung di Ukraina.
Keyakinan itu diungkapkan oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Joint Chiefs of Staff), Jenderal Mark Milley, Sabtu (16/9/2023)
Pernyataan dibuat Milley saat tiba di Oslo, Norwegia, dalam rangka pertemuan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk membahas kelanjutan dukungan terhadap Ukraina.
Milley menyatakan jika Korea Utara akan mengirim lusinan amunisi artileri 152 milimeter, untuk menyokong Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF).
Namun demikian, mantan Kepala Staf Angkatan Darat Amerika Serikat (Chief of Staff the Army) ini menganggap suplai artileri Korut takkan bisa membantu Rusia memenangkan perang.
"Apakah akan ada perbedaan yang besar? Saya skeptis terhadap hal itu. Saya ragu hal itu akan menentukan," ucap Milley dikutip VIVA Militer dari Marine Times.
Pernyataan Milley membuat spekulasi dari sejumlah negara dan ahli militer beredar luas. Korut disebut akan menerima teknologi canggih Rusia, jika bersedia memberi bantuan amunisi artileri.
Seperti yang diketahui pula, Kim telah menyaksikan kecanggihan teknologi militer Rusia di berbagai sektor. Sebab dalam kunjungannya ke Rusia, Kim diajak Putin mendatangi Stasiun Pusat Antariksa Vostochny Cosmodrome, Pabrik Pesawat Sukhoi Komsmolsk-on-Amur, dan Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia (VMF).
Pemerintah asing dan para ahli berspekulasi bahwa Kim kemungkinan akan memasok amunisi ke Rusia dengan imbalan menerima senjata atau teknologi canggih dari Rusia.
Di sisi lain, Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer, menyatakan jika militer Ukraina terus membuat kemajuan di medan pertempuran.
Perwira tinggi militer Belanda itu bahkan berani menegaskan bahwa pasukan rezim Volodymyr Zelensky sudah mendekati kemenangan, setelah kekuatan pasukan Rusia dianggap ambruk akibat sanksi ekonomi dan diplomatik.
"Ukraina telah mengubah peperangan modern dan mereka bergerak maju setiap hari. Setiap kesuksesan adalah selangkah lebih dekat menuju kemenangan," kata Bauer.
"(Rusia) terus kehilangan kekuatan dan seluruh Rusia menderita akibat sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik," ujarnya.