Ratusan Angkot di Subang Tak Perpanjang Uji KIR

Angkot di Subang.
Sumber :

Jabar – Sebanyak 501 kendaraan angkutan kota (angkot) di Kabupaten Subang tak melakukan perpanjangan uji KIR.

"Dari total 826 angkot, hanya 325 kendaraan saja yang memperpanjang uji KIR-nya," kata Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Subang, Zeff, Rabu (15/5).

Ratusan sopir angkot tersebut beralasan, minimnya penghasilan lantaran sepi penumpang menjadi salah satu faktor tidak dilakukannya perpanjangan uji KIR, pembayaran asuransi Jasa Raharja dan lainnya.

"Kami sudah menanyakan kepada mereka. Namun jawabannya selalu klasik. Penghasilan minim karena sepi penumpang, " terangnya.

Zeef mengatakan, dampak dari kehadiran transportasi online mempengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkot saat berpergian. Yang akhirnya membuat para sopir angkot kehilangan pangsa pasar.

Belum lagi, mesin dan tampilan angkot yang semakin rapuh dimakan zaman, membuat para sopir angkot harus berjibaku untuk mencari penumpang.

"Di tiap kesempatan, kami selalu mengimbau para sopir memperpanjang uji KIR, pajak kendaraan, hingga asuransi Jasa Raharjanya," ungkapnya.

Sementara itu, Sopir Angkot jurusan Subang-Pagaden, Wildansyah mengeluh akan minimnya masyarakat yang menggunakan jasa angkot.

Bahkan, sejak tahun 2021, para sopir angkot hanya mengandalkan anak sekolah dan penumpang yang hendak ke pasar saja.

"Dapet Rp100 ribu sehari aja udah Alhamdulillah banget boro boro mau perpanjang KIR dan lainnya," keluhnya

Jabar – Sebanyak 501 kendaraan angkutan kota (angkot) di Kabupaten Subang tak melakukan perpanjangan uji KIR.

"Dari total 826 angkot, hanya 325 kendaraan saja yang memperpanjang uji KIR-nya," kata Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Subang, Zeff, Rabu (15/5).

Ratusan sopir angkot tersebut beralasan, minimnya penghasilan lantaran sepi penumpang menjadi salah satu faktor tidak dilakukannya perpanjangan uji KIR, pembayaran asuransi Jasa Raharja dan lainnya.

"Kami sudah menanyakan kepada mereka. Namun jawabannya selalu klasik. Penghasilan minim karena sepi penumpang, " terangnya.

Zeef mengatakan, dampak dari kehadiran transportasi online mempengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkot saat berpergian. Yang akhirnya membuat para sopir angkot kehilangan pangsa pasar.

Belum lagi, mesin dan tampilan angkot yang semakin rapuh dimakan zaman, membuat para sopir angkot harus berjibaku untuk mencari penumpang.

"Di tiap kesempatan, kami selalu mengimbau para sopir memperpanjang uji KIR, pajak kendaraan, hingga asuransi Jasa Raharjanya," ungkapnya.

Sementara itu, Sopir Angkot jurusan Subang-Pagaden, Wildansyah mengeluh akan minimnya masyarakat yang menggunakan jasa angkot.

Bahkan, sejak tahun 2021, para sopir angkot hanya mengandalkan anak sekolah dan penumpang yang hendak ke pasar saja.

"Dapet Rp100 ribu sehari aja udah Alhamdulillah banget boro boro mau perpanjang KIR dan lainnya," keluhnya