Transaksi Capai Rp90 Miliar, Subang Jagokan Ikan Bandeng dan Tongkol
Jabar –Perputaran uang dalam penjualan hasil laut di perairan Kabupaten Subang mencapai Rp90 Miliar, dengan produksi ikan mencapai 15 ribu ton per tahunnya.
Didominasi ikan Bandeng dan Tongkol yang masih mendominasi untuk penjualan di tingkat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang meminta nelayan jangan bertransaksional di sembarang tempat.
"Dominasi ikan Bandeng dan Tongkol ya," ujar Budi Rakhman selaku Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang kepada Viva Jabar, Senin (15/7).
Jenis ikan tersebut, kata Budi, merupakan komoditas yang paling banyak didapatkan di perairan laut Kabupaten Subang. Yang mayoritas nelayan nya menggunakan kapal kecil ukuran menengah 5-10 Gross ton (GT).
Mengenai perputaran uang di penjualan hasil laut tersebut pun, ia mengungkapkan estimasi tidak kurang dari Rp90 Miliar pertahunnya.
"Estimasi kita nyampe Rp90 miliaran pertahun," ungkap Budi.
Lebih lanjut, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang menduga tingkat kebocoran penjualan hasil laut terjadi sehingga banyak nelayan yang tak bertransaksional di TPI.
Padahal, dengan bertransaksional di TPI, akan memberikan retribusi untuk pemerintah daerah. Termasuk menghidupkan konsep lelang antar nelayan dan pembeli.
"Kebocoran ada saja, contohnya nelayan menjual langsung di perairan. Menjual langsung ke pembeli di luar Kabupaten Subang, jadi nggak bertransaksi di TPI," kata dia.
Budi mengatakan, pihaknya sudah melakukan imbauan kepada para nelayan agar menjual hasil tangkapannya di TPI. Sehingga semangat lelang, dan kontribusi ke Pemerintah Daerah terus terbangun.
"Imbauan sudah kita lakukan, tapi tetap saja banyak nelayan yang bertransaksi dengan bakul liar. Menjual hasil tangkapannya perairan secara langsung," tutupnya.
Salah satu nelayan Subang, Wahyu mengatakan, hasil tangkapan ikannya saat ini sedang menurun karena cuaca ekstrem yang akhir-akhir ini ada di perairan.
"Cuaca lagi ekstrem, susah melaut jika kondisinya seperti ini," jelas Wahyu.
Kondisi tersebut di perparah, dengan ukuran kapal yang tidak mendukung untuk menangkap ikan dengan jarak jauh.
"Apalagi kalau ukuran kapal dibawah 5GT, susah nangkep ikan dengan jarak jauh," tandasnya
Jabar –Perputaran uang dalam penjualan hasil laut di perairan Kabupaten Subang mencapai Rp90 Miliar, dengan produksi ikan mencapai 15 ribu ton per tahunnya.
Didominasi ikan Bandeng dan Tongkol yang masih mendominasi untuk penjualan di tingkat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang meminta nelayan jangan bertransaksional di sembarang tempat.
"Dominasi ikan Bandeng dan Tongkol ya," ujar Budi Rakhman selaku Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang kepada Viva Jabar, Senin (15/7).
Jenis ikan tersebut, kata Budi, merupakan komoditas yang paling banyak didapatkan di perairan laut Kabupaten Subang. Yang mayoritas nelayan nya menggunakan kapal kecil ukuran menengah 5-10 Gross ton (GT).
Mengenai perputaran uang di penjualan hasil laut tersebut pun, ia mengungkapkan estimasi tidak kurang dari Rp90 Miliar pertahunnya.
"Estimasi kita nyampe Rp90 miliaran pertahun," ungkap Budi.
Lebih lanjut, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang menduga tingkat kebocoran penjualan hasil laut terjadi sehingga banyak nelayan yang tak bertransaksional di TPI.
Padahal, dengan bertransaksional di TPI, akan memberikan retribusi untuk pemerintah daerah. Termasuk menghidupkan konsep lelang antar nelayan dan pembeli.
"Kebocoran ada saja, contohnya nelayan menjual langsung di perairan. Menjual langsung ke pembeli di luar Kabupaten Subang, jadi nggak bertransaksi di TPI," kata dia.
Budi mengatakan, pihaknya sudah melakukan imbauan kepada para nelayan agar menjual hasil tangkapannya di TPI. Sehingga semangat lelang, dan kontribusi ke Pemerintah Daerah terus terbangun.
"Imbauan sudah kita lakukan, tapi tetap saja banyak nelayan yang bertransaksi dengan bakul liar. Menjual hasil tangkapannya perairan secara langsung," tutupnya.
Salah satu nelayan Subang, Wahyu mengatakan, hasil tangkapan ikannya saat ini sedang menurun karena cuaca ekstrem yang akhir-akhir ini ada di perairan.
"Cuaca lagi ekstrem, susah melaut jika kondisinya seperti ini," jelas Wahyu.
Kondisi tersebut di perparah, dengan ukuran kapal yang tidak mendukung untuk menangkap ikan dengan jarak jauh.
"Apalagi kalau ukuran kapal dibawah 5GT, susah nangkep ikan dengan jarak jauh," tandasnya