Inovasi Alfira Oktaviani Pada Semilir Ecoprint, Hadirkan Pesona Alam Bengkulu dalam Dunia Fashion
- Instagram/semilir_ecoprint
VIVAJabar – Semilir Ecoprint, sebuah gebrakan di dunia fashion Indonesia, lahir dari tangan kreatif Alfira Oktaviani, seorang apoteker yang memiliki ketertarikan mendalam pada seni dan fashion. Dengan tekad kuat dan modal yang minim, Alfira memulai perjalanannya pada tahun 2016, merintis bisnis fashion berkelanjutan yang mengedepankan teknik ecoprint. Kecintaannya pada alam dan budaya Indonesia mendorong Alfira untuk menggali lebih dalam potensi bahan-bahan alami.
Salah satu inovasi terbaru dari Semilir adalah penggunaan kulit kayu lantung sebagai media ecoprint. Kulit kayu lantung, yang berasal dari pohon lantung yang banyak ditemukan di Bengkulu, memiliki tekstur dan serat yang unik, sehingga menghasilkan motif ecoprint yang khas dan menawan. Dengan mengadopsi kulit kayu lantung sebagai bahan baku utama, Semilir tidak hanya ikut melestarikan warisan budaya Indonesia, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat setempat.
Dilansir dari PariwisataIndonesia.Id, disebutkan bahwa Kain Lantung, sebuah kain tradisional khas Bengkulu, menyimpan kisah perjuangan dan sejarah yang panjang. Lahir di masa penjajahan Jepang, kain ini menjadi bukti kreativitas dan ketangguhan masyarakat Bengkulu dalam menghadapi kesulitan.
Terbuat dari kulit pohon seperti karet, ibuh, atau terap, kain lantung dihasilkan melalui proses yang cukup rumit. Kulit pohon yang dipilih harus berkualitas dan diolah dengan hati-hati agar menghasilkan kain yang kuat dan lembut. Kain ini kemudian dibentuk menjadi pakaian sederhana sebagai pengganti kain pabrik yang sulit didapatkan pada masa itu.
Proses pembuatan kain lantung membutuhkan pemilihan pohon lantung yang tepat, yakni berusia sekitar 10 tahun. Pohon ini kemudian ditebang dan dikupas kulitnya. Bagian tengah kulit yang lebih halus dipilih dan dilunakkan dengan cara dipukul-pukul menggunakan alat tradisional bernama perikai. Setelah dilunakkan dan dikeringkan selama kurang lebih 2 minggu, kulit kayu lantung siap dibentuk menjadi pakaian atau produk lainnya. Setiap pohon lantung umumnya dapat menghasilkan 2-3 lembar kain.
Untuk melestarikan warisan budaya ini, Kain Lantung kini banyak dijadikan bahan kerajinan tangan seperti tas, dompet, dan aksesori lainnya. Dengan demikian, keindahan dan nilai sejarah Kain Lantung dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.
Jika menilik sejarah yang diulas dari website PariwisataIndonesia.Id, bahwa kain lantung ini sudah tidak menjadi pakaian sehari-hari. Kemudian mengutip salah satu sumber disebutkan bahwa, Alfira memiliki misi mulia untuk mengangkat martabat kulit kayu lantung Bengkulu. Ia ingin memperkenalkan bahan alami yang unik ini kepada masyarakat luas, termasuk kepada masyarakat Bengkulu sendiri yang mungkin belum begitu familiar dengan potensi kulit kayu lantung.
Berangkat permasalahan dan misi ini, kemudian Alfira menghadirkan inovasi usaha yakni, menggabungkan teknik ecoprint modern dan bahan alami tradisional ini, sehingga menciptakan karya-karya fashion yang tidak hanya indah, tetapi juga sarat akan makna.
Pada proses pembuatan produk Semilir Ecoprint melibatkan pemilihan daun dan bunga dengan cermat, kemudian ditempelkan pada kulit kayu lantung sebelum dilakukan proses pengukusan. Hasilnya adalah motif-motif alami yang unik dan warna-warna earthy-pastel yang menawan. Setiap produk Semilir Ecoprint adalah hasil karya seni yang unik, karena tidak ada dua motif yang sama persis.
Dengan target pasar wanita urban yang peduli terhadap lingkungan dan produk-produk lokal, Semilir Ecoprint berhasil memikat hati banyak konsumen. Produk-produk Semilir tidak hanya berupa tas, tetapi juga mencakup kain ecoprint, pakaian, hingga dekorasi rumah. Setiap produknya merupakan perwujudan dari semangat untuk melestarikan alam dan budaya Indonesia.
Kemudian, dengan menggunakan kulit kayu lantung sebagai bahan baku utama, Semilir tidak hanya menciptakan produk fashion yang unik dan bernilai tinggi, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Semilir Ecoprint membuktikan bahwa fashion dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan, menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Inovasi dan kreativitas Alfira Oktaviani dalam mengolah kulit kayu lantung menjadi produk fashion yang unik membuahkan hasil yang luar biasa. Ia berhasil menyabet penghargaan bergengsi yakni Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022 yang diadakan oleh PT Astra International Tbk.
Semilir Ecoprint sendiri memiliki akun media sosial instagram @semilir_ecoprint yang menjadi jendela bagi para pencinta seni dan fashion untuk menyaksikan keindahan hasil karya ecoprint mereka. Melalui akun ini, Semilir secara rutin membagikan berbagai lanskap visual yang memukau, mulai dari proses kreatif di balik setiap karya hingga galeri koleksi lengkap yang menampilkan beragam motif dan warna yang dihasilkan dari teknik ecoprint. Dengan begitu, masyarakat luas dapat lebih dekat dan terinspirasi oleh keindahan alam yang tertuang dalam setiap karya Semilir.
Dalam sebuah kolaborasi yang menarik, Semilir Ecoprint dan Cenderamata Astra telah berhasil menciptakan karya-karya fashion yang mengagumkan. Dengan menggabungkan keahlian dalam teknik ecoprint dan desain kontemporer, mereka menghasilkan koleksi terbaru yang didominasi oleh warna biru indigo. Hasil kolaborasi ini dapat dilihat dari berbagai produk yang dipamerkan di akun @semilir_ecoprint, mulai dari jaket, kimono, pouch, hingga wallet lantung.
Dilansir pada @semilir_ecoprint, dalam sebuah postingan menceritakan proses panjang pembuatan karya ini. Proses pembuatan batik biru natural kolaborasi Cenderamata Astra dan Semilir Ecoprint melibatkan pemanfaatan daun strobilanthes, tanaman penghasil warna biru alami yang mudah tumbuh. Setelah dipanen dan difermentasi, daun ini menghasilkan pasta indigo yang kemudian digunakan untuk mewarnai kain.
Proses pewarnaan dilakukan secara berulang dengan teknik celup, di mana kain yang telah dibatik dicelupkan berulang kali ke dalam larutan indigo aktif. Proses pelorodan, yaitu menghilangkan malam batik, menjadi tahap yang krusial karena membutuhkan ketelitian tinggi agar warna biru tidak luntur. Hasil akhir dari proses panjang ini adalah kain batik dengan warna biru alami yang khas, dipadukan dengan motif-motif caturdharma astra yang sarat makna, semuanya dikerjakan dengan tangan-tangan terampil para pengrajin.
Melalui inovasi dan dedikasinya, Alfira Oktaviani telah membuktikan bahwa fashion dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan, menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Semilir Ecoprint menjadi bukti nyata bahwa dengan kreativitas dan semangat, kita dapat menciptakan perubahan yang berarti.