Upaya Nordianto dari Tanah Seribu Sungai, Tekan Angka Pernikahan Dini Melalui GenRengers Educamp
- kemenpora.go.id
VIVAJabar – Pernikahan dini merupakan masalah kompleks yang memerlukan solusi komprehensif. Perlu adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk mengatasi masalah ini. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, memperkuat penegakan hukum, dan memberikan akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak perempuan di Indonesia.
Berdasarkan data UNICEF tahun 2023, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dengan jumlah kasus pernikahan anak sebanyak 25,53 juta. Data BPS tahun 2023 menunjukkan bahwa 6,92% perempuan berusia 20-24 tahun di Indonesia menikah sebelum usia 18 tahun. Angka ini sejalan dengan data UNICEF yang menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan tingkat pernikahan anak tertinggi secara global. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka pernikahan dini di antaranya adalah kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan norma sosial yang masih melegalkan praktik ini.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya komprehensif yang melibatkan berbagai pihak. Selain pemerintah, peran masyarakat, termasuk generasi muda, sangat penting. Inisiatif seperti GenRengers Educamp yang digagas oleh Nordianto menjadi contoh nyata bagaimana menjadi agen perubahan. Dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan dan edukatif, program ini berhasil membangkitkan kesadaran remaja akan pentingnya pendidikan, kesehatan reproduksi, dan masa depan yang cerah.
GenRengers Educamp tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan, namun juga membina para peserta untuk menjadi agen perubahan. Dengan membekali mereka dengan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan pengorganisasian, GenRengers Educamp mencetak para relawan muda yang siap terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi dan advokasi terkait isu pernikahan dini dan kesehatan reproduksi remaja.
GenRengers Educamp telah berhasil menjangkau ribuan remaja di berbagai daerah di Indonesia. Dimulai dari Kalimantan Barat pada tahun 2016, program ini telah meluas ke 14 kabupaten/kota di provinsi tersebut. Melihat antusiasme yang tinggi, GenRengers Educamp kemudian menginspirasi daerah lain untuk menyelenggarakan kegiatan serupa. Hingga saat ini, lebih dari 10 kabupaten/kota di lima provinsi telah berhasil mereplikasi program ini, membuktikan bahwa model edukasi yang ditawarkan oleh GenRengers Educamp sangat relevan dan efektif.
Dedikasi Nordianto dalam menginisiasi GenRengers Educamp tidak hanya berdampak pada kehidupan para peserta, tetapi juga mendapatkan pengakuan di tingkat nasional. Upaya gigihnya bahkan mendapatkan pengakuan nasional melalui penghargaan SATU Indonesia Awards 2018 yang diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk.
Pernikahan dini bukan hanya masalah Indonesia, tetapi juga menjadi tantangan global. Namun, melalui upaya-upaya seperti GenRengers Educamp, kita dapat membuktikan bahwa Indonesia memiliki solusi yang inovatif dan relevan untuk mengatasi masalah ini. Mari kita jadikan Indonesia sebagai contoh bagi negara-negara lain dalam upaya memberantas pernikahan dini dan mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).