Antisipasi Degradasi Mongrove di Pesisir, Impact dan Pemkab Libatkan Masyarakat
- Istimewa
VIVA Jabar – Sebagai negara dengan kawasan mangrove terluas di dunia, Indonesia memiliki 27% dari total luas mangrove di Asia Tenggara, serta 27% total luas mangrove dunia.
Ini sangat menguntungkan karena keberadaan mangrove menjadi alat penting melawan perubahan iklim. Bahkan mangrove bisa mengambil hingga lima kali lebih banyak karbon dari atmosfer dari pada hutan di darat dan yang pasti keberadaan mangrove juga menguntungkan secara ekonomis bila dimanfaatkan sesuai aturannya.
Secara global, mangrove menyediakan barang dan jasa yang bernilai ekonomis mencapai miliaran rupiah pertahun. Hal ini dimungkinkan karena, ekosistem hutan mangrove diisi banyak keanekaragaman flora dan fauna yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya alam maupun sebagai pelindung lingkungan.
Potensi ini harus benar-benar dijaga, dipelihara dan dilindungi, tak hanya oleh masyarakat sekitar tetapi juga semua elemen yang berkepentingan agar terus bisa memberikan manfaat.
Sebenarnya, hutan mangrove punya dua fungsi. Pertama, fungsi ekologi sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, sebagai habitat beragam jenis burung dan lainnya. Kedua, fungsi ekonomi, hutan mangrove sebagai penghasil kebutuhan rumah tangga, penghasil keperluan industri dan penghasil bibit.
Namun demikian, tak dapat dipungkiri besarnya manfaat itu memberikan konsekuensi bagi ekosistem hutan mangrove itu sendiri, dengan adanya eksploitasi yang tidak jarang berakhir pada degradasi lingkungan.
Inilah yang kemudian menjadikan salah satu alasan Indika Energy Mangrove Program in Action (IMPACT) melaksanakan restorasi dan rehabilitasi mangrove di lahan seluas 250 Hektar (Ha) yang tersebar di 4 desa yaitu Desa Lori, Desa Sungai Langir, Desa Tajur dan Desa Pasir Mayan, di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.