Ingin Mendaki Gunung Merbabu? Biar Tenang, Hindari Bulan Ini Karena Ada Tradisi Saparan Warga
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Masyarakat Lereng Gunung Merbabu atau Dukuh Gunung Wijil punya tradisi atau adat istiadat yang cukup menarik. Tradisi ini dinamakan dengan sebutan 'Saparan'. Ritual tersebut bernuansa spiritual.
Hampir ratusan warga melakukan ritual 'Saparan' di Lereng Gunung Desa Gubug, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah itu, secara rutin. Mereka mengikuti kenduri di pemakaman umum desa setempat.
Ritual tersebut merupakan agenda tahunan, turun temurun yang dilakukan warga lereng Gunung Merbabu. Waktu pelaksanaan biasanya setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa.
Pantauan VIVA di lokasi, tradisi Saparan diawali dengan menyiapkan uborampe yang berisi berbagai jenis makanan hasil bumi dan jajanan pasar.
Sesaji itu kemudian dibawa warga dengan berjalan kaki menuju pemakaman umum yang berjarak sekitar 1 kilometer. Setelah sampai di lokasi pemakaman, warga kemudian menggelar tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.
Warga kemudian menyantap makanan yang dibawanya tersebut secara bersama-sama.
Tokoh masyarakat setempat, Joko Sarjono menjelaskan tradisi Saparan bertujuan untuk mengirim doa para leluhur yang telah meninggal dunia.
Dari ritual itu warga berharap dimudahkan dalam mencari rezeki serta diberikan kesehatan.
"Tadi menggelar tahlil dan doa bersama. Tradisi turun-temurun ini digelar setiap bulan Sapar. Ini adalah untuk mengirim doa kepada nenek moyang kita yang telah meninggal di sini," ujarnya.
Warga lainnya, Putut Tetuko, mengatakan setelah ritual di makam selesai, warga kemudian pulang dan dilanjutkan bersilaturahmi ke tetangga. Tradisi Saparan akan terus dilakukan sebagai bentuk nguri-nguri budaya Jawa.