Torehkan Progres Positif Sejak 2018, Program Jabar Masagi Dianggap Perlu Dilanjutkan

Ilustrasi penerapan Jabar Masagi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jabar – Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) sudah lima tahun menjalin koordinasi dengan sejumlah sekolah untuk menjalankan program pendidikan Jabar Masagi.

Pegadaian Kanwil X Jawa Barat Berikan Sentuhan Haru, Fasilitasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tercatat sejak 2018, Pemprov Jabar telah menerapkan program Jabar Masagi di sekitar 252 sekolah tingkat SLTA di Jawa Barat.

Beberapa sekolah yang telah mengikuti program Jabar Masagi mengaku sangat merasakan dampak positif dari adanya program sekolah Masagi, terutama dalam aspek karakter dan keterampilan siswa serta pengajar.

ULBI Dorong Pembinaan Karakter Generasi Muda Melalui Lomba Baris Berbaris Tingkat SLTA

Kerja gotong royong, memanusiakan manusia melalui nilai-nilai kearifan, dan potensi budaya lokal yang dilakukan pelajar serta pengajar di Jawa Barat pun terbukti nyata bisa meningkatkan persentase kualitas pendidikan.

Hal ini turut dirasakan Winarno, pengawas SMK cabang dinas pendidikan wilayah 9. Winarmo menyebut banyak perubahan yang cukup drastis dalam skema pendidikan dan kehidupan di lingkungan sekolah.

Bank bjb Jadi Pionir, Terbitkan Surat Berharga Perpetual Rupiah Pertama di Indonesia

"Sebelum adanya program Jabar Masagi, praktik-praktik baik untuk mengedepankan pembelajaran yang berbasis pada proyek fast learning, keteladanan, karakter, kolaborasi, dan sebagainya belum muncul," ujar pengawas SMK cabang dinas pendidikan wilayah 9, Winarmo.

Perubahan yang sangat positif ini juga menjadikannya yakin jika komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mengimplementasikan life skills pendidikan abad 21 cukup berhasil.

Apalagi Program Jabar Masagi juga turut mengimplementasikan program Kemendikbud Ristek terkait P5.

"Terbukti, bahwa P5 yang sekarang digaungkan oleh Kemendikbud Ristek itu pun menurut saya sudah masuk dalam bagian dan cerminan Program Jabar Masagi," kata Winarmo Kamis 26 Oktober 2023.

"Kami berharap program Jabar Masagi ini dilanjutkan dengan penguatan yang lebih konkrit. Selain memperbanyak jumlah sekolah yang mengikuti program Jabar Masagi, semoga para pengawas pun terus dilibatkan dan lebih aktif lagi dalam program ini," katanya.

Selain Winarmo, program Jabar Masagi ini juga turut diapresiasi oleh guru SMK Taruna Terpadu 1. Oleh karena itu, pihaknya pun berharap program Jabar Masagi ini bisa terus dilanjutkan agar banyak sekolah bisa turut serta dalam melestarikan pendidikan berbasis karakter dan budaya.

"Kami rasa perlu dilanjutkan, karena lewat program Jabar Masagi ini, kita bisa mencegah, mempertahankan, dan juga mengenalkan budaya lokal kepada anak-anak sekarang. Sehingga mereka tidak terlalu terkontaminasi dan menggandrungi budaya dari luar," ujar Hamdan selaku guru di SMK Taruna Terpadu 1.

Program Jabar Masagi Diapresiasi

Jabar Masagi telah mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Pusat, yaitu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program Jabar Masagi pun direncanakan akan direplikasi secara nasional.

Ilustrasi penerapan Jabar Masagi

Photo :
  • Istimewa

Kurikulum Masagi sendiri merupakan sebuah model implementasi kurikulum nasional yang berbasis nilai-nilai budaya lokal. Hal ini berarti Kurikulum Masagi bukan merupakan kurikulum tandingan kurikulum nasional, melainkan sebuah diversifikasi kurikulum yang disesuaikan dengan budaya lokal.

Terkait hal itu, Jabar Masagi fokus menumbuhkan manusia Masagi Jawa Barat untuk belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti/karsa), belajar hidup bersama (bakti/dumadi nyata) untuk melayani.

Manusia Masagi Niti Surti

Manusia Jabar yang belajar untuk merasakan, menghargai perikehidupan manusiawi. Seseorang perlu memiliki kepekaan baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, juga dalam menyikapi gejala atau fenomena sosial yang terjadi. Sumber kepekaan adalah hati dan rasa.

Kepekaan adalah wujud dari kepedulian. Peka dan peduli adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Manusia Masagi Niti Harti

Artinya manusia yang belajar untuk mengetahui mengembangkan akal. Manusia yang mengerti atau memahami tentang kehidupan. Intinya seseorang perlu memiliki wawasan yang luas, mampu memahaminya, dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kata harti tidak dapat lepas dari kata pangarti, pangabisa, atau pangaweruh yang zaman sekarang disebut sebagai kompetensi, yaitu sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dicerminkan dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan setelah mengikuti sebuah proses pendidikan.

Manusia Masagi Niti Bukti

Maknanya adalah manusia Jabar yang belajar untuk melakukan, membuktikan laku diri. Artinya seseorang harus mampu berkarya atau memberi bukti.

Generasi muda sebagai agen perubahan dan calon penerus pembangunan harus menjadi generasi yang pandai berkarya dan memberikan bukti sebagai bukti peran sertanya dalam pembangunan bangsa dan negara. Kebermanfaatan seseorang tergantung dari sejauh mana bukti, karya, kinerja, dan kebermanfaatannya untuk orang lain.

Ngabakti

Seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, bakti murid terhadap gurunya, atau bakti seorang warga negara terhadap bangsa dan negaranya. Bakti seorang anak terhadap orang tua misalnya dengan melaksanakan perintah orang tua, menaati nasihatnya, membantu pekerjaan orang tua, dan tidak menyakiti hatinya.

Bakti murid terhadap guru misalnya belajar dengan sungguh-sungguh, melaksanakan perintahnya, dan menaati nasihatnya. Bakti seorang warga negara terhadap bangsa dan negaranya misalnya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengan profesi, pekerjaan, dan kemampuannya masing-masing.

Dalam kehidupan masyarakat kita mengenal istilah “kerja bakti” atau juga disebut dengan gotong royong, yaitu bekerja bersama-sama membangun, memperbaiki, atau membersihkan fasilitas umum untuk kepentingan publik. 

Hal tersebut juga bisa disebut bakti terhadap negeri. Intinya bakti adalah cerminan sikap terpuji atau akhlak mulia yang dimiliki oleh seseorang. Manusia Masagi Niti Bakti adalah manusia Jabar yang belajar untuk hidup bersama, berbakti pada negeri.

Jika nantinya akan direplikasi secara nasional, Ridwan Kamil selaku sosok yang menggagas program ini berharap  seluruh anak didik di Indonesia bisa memiliki pribadi yang menjunjung budi pekerti berbasis budaya.