Elsa Bantu 'Menjahit' Perekonomian Ibu Rumah Tangga di Padang Lewat Kampung Jahit
- Istimewa
Lewat konsep itu, mereka hendak mengajak orang-orang di Simpang Koto Tingga untuk memproduksi barang sendiri sehingga tidak lagi harus membeli produk dari Pulau Jawa.
“Saya mikir waktu itu. Ini Padang lho, bukan Jawa. Enggak mungkin, enggak mungkin,” tutur Elsa.
Namun, sang suami pun meyakinkan jika mereka mampu untuk mengembangkan konsep tersebut.
Awalnya, Elsa dan sang suami mengeluarkan modal Rp3 juta. Dengan modal sekecil itu, awal usahanya tidak berjalan mulus. Kesulitan mencari penjahit yang mau bekerja sama menjadi faktor utamanya.
“Saya coba cari kain, kita coba cari satu penjahit. Itu drama juga. Enggak ada yang mau di kampung kita diupah (di bawah) standar Jawa. Tapi kita meyakini, kita niatnya bangun kampung,” ujar Elsa.
Berkat usaha dan tak pantang menyerah, lambat laun tim di tokonya yang bernama Maharrani bertambah besar.
“Itu 74 tim produksi dan marketing kita. Tapi, kita juga ada agen dan reseller dari Aceh sampai Papua,” kata dia.