Tak Hanya Soal Gizi, Ternyata Ini Penyebab Lain dari Stunting
- Pixabay
VIVA Jabar – Target penurunan stunting sebesar 14 persen pada 2024 terus digenjot. Untuk terus mengejar target penurunan stunting yang ditetapkan Presiden Joko Widodo tersebut, digelar acara Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kota Palembang pada Selasa, 27 Juni 2023.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Dr.(H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), mengatakan, Sumatera Selatan merupakan provinsi terbaik secara nasional dalam menurunkan stunting. Pencapaian ini merupakan kerja keras para bidan, pemerintah daerah, dan dukungan dari berbagai pihak.
"Hal ini adalah kerja keras kita semua, kolaborasi yang baik antara pemerintah, pihak swasta, termasuk para bidan. Saya sangat mengapresiasi kerjasama yang harmonis ini dan tentunya semua untuk mendorong target penurunan stunting sesuai yang ditetapkan Presiden Joko Widodo,” jelas Hasto, dalam acara tersebut.
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru menyampaikan, angka stunting di Provinsi Sumatera Selatan yang sebelumnya 24,8 persen pada 2021, dapat diturunkan sebesar 6,2 persen menjadi 18,6 persen pada 2022. Hal ini didorong oleh berbagai faktor, seperti kolaborasi lintas sektoral, sanitasi yang baik, pola hidup yang baik dan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).
“Penanganan stunting itu tidak hanya tanggung jawab satu instansi, semua punya peran dan tanggung jawab. Kepedulian ini harusnya kita dengungkan agar semua pihak ikut," katanya.
"Indonesia mudah-mudahan bisa masuk ke target WHO di bawah 20 persen dan Bapak Presiden sudah perintahkan target di 14 persen. Program edukasi ini sangat penting untuk bidan yang merupakan garda terdepan dalam pelayanan ibu hamil dan anak,” sambung Herman Deru.
Berada di tempat yang sama, Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan dr Nuswil Bernolian, Sp. Og (K), menerangkan, stunting disebabkan oleh faktor multidimensi intervensi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Ada beberapa faktor penyebab stunting, di antaranya praktik pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ante natal care dan post natal, kurangnya akses ke makanan bergizi, serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi,” jelasnya.