Psikolog Ungkap Alasan Banyak Anak Pejabat Terlibat Kasus Kekerasan

Ilustrasi Kekerasan Seksual sesama jenis
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar – Aksi penganiayaan yang dilakukan oleh anak pejabat kembali terjadi. Kali ini seorang anak ketua DPRD Kota Ambon diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang remaja yang baru duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Gus Miftah Tak Lagi di Grup WhatsApp Para Gus, Ini Cerita di Baliknya

Korban diketahui sempat dibawa ke rumah sakit namun sayangnya korban dinyatakan meninggal dunia setelah pelaku disebut memukul korban dari bagian kepala. Lantas mengapa semakin banyak usia anak dan remaja yang melakukan kekerasan? Dan mengapa dalam beberapa kasus kekerasan tersebut pelakunya adalah anak dari orangtua yang memiliki jabatan prestise di sebuah institusi negara?

Terkait hal itu, Psikolog Klinis Meity Arianty angkat bicara. Dijelaskannya bahwa usia remaja memang rentan terhadap perilaku negatif, termasuk kekerasan seperti itu. Masalah hormonal juga memengaruhi cara remaja itu berpikir, karena perkembangan kognitif terkait moral belum sempurna. 

Bukan Anak Kiai, Gus Miftah Angkat Bicara soal Dikeluarkan dari Grup WhatsApp Para Gus

Sehingga kata Meity, remaja kurang memikirkan konsekuensi perilaku negatif mereka terutama masalah hukum. Karakter remaja yang belum 'matang', belum dapat mengambil keputusan yang membuat mereka seringkali bimbang atau labil, masih belum mandiri, masih fokus ke dirinya sendiri atau egois.

Sementara itu, terkait dengan kasus yang terjadi di Ambon di mana pelaku kekerasan tersebut sudah berusia 25 tahun, Meity melihat pria tersebut seharusnya tahu konsekuensi dari perilakunya terutama terkait hukum. Namun apa yang dilakukan anak ketua DPRD kota Ambon itu terhadap remaja yang berusia 15 tahun adalah perbuatan yang sadis.

Gawat! Seribu Lebih Anak di Subang Idap TBC, Dinkes Usulkan Mesin TCM

"Dengan perilaku seperti saat ini kira-kira, perbuatan apa lagi yang mampu dilakukan 10 tahun mendatang?" kata dia saat dikutip dari VIVA.

Diungkap Meity, pola asuh orangtua kepada anak juga menjadi faktor risiko tertinggi perilaku kekerasan yang dilakukan anak.

Halaman Selanjutnya
img_title