Psikolog Ungkap Alasan Banyak Anak Pejabat Terlibat Kasus Kekerasan
- Screenshot berita VivaNews
"Perilaku yang membahayakan orang lain tidak terlepas dari andil orangtua, tanpa bermaksud menyalahkan orangtua. Sebab, mana ada orangtua yang menginginkan anaknya menjadi penjahat atau menyakiti orang lain. Namun harus diakui bahwa anak tetap masih menjadi tanggung jawab orangtua selama belum menikah," jelas dia.
Orangtua, kata Meity seharusnya menjadi teladan perilaku bagi anak-anaknya dalam menerapkan nilai-nilai kesantunan, moral, keagamaan dan lain-lain. Dalam hubungan antara orangtua dan anak juga harus terjalin komunikasi yang terbuka satu sama lain.
"Sehingga jika anak sanggup melakukan perbuatan sadis seperti itu, bagaimana pengasuhan orangtuanya? Biasanya orangtua seperti itu adalah orangtua yang kurang memberikan tanggung jawab pada anak. Terlalu memanjakan, mengikuti semua keinginan anak, kurang kontrol, orangtua yang kurang memberikan batasan-batasan serta nilai yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan," ujarnya.
Diungkap Meity perilaku sadis yang dilakukan pelaku yang memperlihatkan kesombongan, arogansi dan sadisme salah satunya timbul karena memiliki relasi dengan orang yang mempunyai kekuasaan atau jabatan, seperti orangtua pejabat.
Sifat arogan yang disertai dengan kekuasaan akan berbahaya dan dapat merugikan orang lain apabila tidak dapat mengontrol diri dan emosinya.
"Dengan demikian, mudah untuk melakukan tindakan-tindakan agresif. Anak pejabat yang melakukan tindakan agresif biasanya karena memiliki kontrol diri yang rendah, tidak kompeten dan biasanya justru kurang percaya diri tapi memproyeksikan sebaliknya," ujar dia.
Namun, sifat arogan ini kata Meity dapat dihindari dengan lebih mengendalikan diri dan mengontrol emosi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penanganan secara medis juga dapat dilakukan apabila merasa dibutuhkan, seperti psikoterapi, konseling, ataupun obat dari dokter.