Jadi Wakil Ketua Pembina, Dedi Mulyadi Berpotensi Dongkrak Suara Gerindra di Jabar

Prabowo Subianto dan Kang Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA JabarKang Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa KDM baru saja didapuk jadi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Mantan Bupati Purwakarta itu dinilai sangat potensial menjadi magnet publik yang bisa mendongkrak elektabilitas Gerindra di Jawa Barat pasca dirinya hijrah dari Golkar ke Gerindra.

Soal MK Hapus Presidential Treshold 20 Persen, PAN Umumkan Bakal Setia ke Prabowo

Selain karena dirinya berbekal suara tertinggi di Jabar, yaitu 206.291 suara, juga karena dia gencar turun ke bawah mensosialisasikan baik partai Gerindra maupun capres Prabowo Subianto.

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah kepada pers di Jakarta, Selasa (22/8). Ia menanggapi sejumlah manuver mantan bupati Purwakarta dua periode itu yang rajin berkeliling Jawa Barat menyapa rakyat setelah resmi pindah ke Gerindra.

Resolusi Dedi Mulyadi di Tahun 2025: Penuhi Janji Politik!

Menurut Toto, “PR” besar Dedi Mulyadi sekarang ini bagaimana mengonversi suara 200 ribu lebih yang memilihnya pada pemilu legislatif 2019 lalu itu sekarang menjadi suara Gerindra. Termasuk mengubah suara sebanyak itu menjadi suara yang memilih capres pilihannya, yakni Prabowo Subianto.   

“Buat Kang Dedi, harusnya tidak susah. Kenapa? Karena kecendrungan pemilih dia selama ini masuk dalam kategori strong supporter. Tinggal bagaimana mempercepat pengenalan ke sebanyak-banyaknya publik yang memilihnya bahwa Kang Dedi sudah pindah ke Gerindra,” katanya.

Presiden Prabowo Batasi Kenaikan Pajak PPN 12 Persen Hanya Untuk Barang Mewah

Karena itulah, lanjut peneliti senior LSI Denny JA ini, Dedi gencar melakukan aneka program menyapa rakyat, salah satunya dengan kemasan seni dan budaya, untuk sekaligus mensosialisasikan ‘rumah baru politik” nya, yakni Gerindra.

Sejauh ini, Dedi tak lagi sungkan, bahkan vulgar menyebut dirinya caleg Gerindra dengan capres pilihannya, Prabowo.

“Di beberapa kesempatan bikin kegiatan, Kang Dedi tak pernah ragu menyatakan dirinya sekarang Gerindra dan Capresnya Prabowo. Pernyataan tegas ini penting dan strategis buat mengonversi suara pemilihnya menjadi suara partai dan suara yang memilih Prabowo. Sebab, tanpa melakukan itu, keberadaan Dedi tak akan memberi efek elektoral buat partai,” tegasnya.

Dalam kaitan inilah, Toto membedakan Dedi dengan Ridwan Kamil (RK). Meski di sejumlah lembaga survei dalam tujuh bulan lalu masih unggul diatas Dedi, suara RK tak akan banyak memberi berkah elektoral kepada Golkar, masih menurut survei, jika publik belum banyak yang tahu kalau RK sudah resmi sebagai kader Golkar.

Dalam analisa Toto, hal itu terjadi karena RK dalam pengamatannya belum segencar Dedi dalam mensosialisasikan dirinya sebagai kader Golkar. Sehingga, suara pemilih RK yang cukup besar itu belum bisa dikonversi menjadi suara partai.

Padahal, dari minimal suara strong supporternya yang kurang lebih 20%, sangat potensial ikut pilihan politiknya RK, baik partai maupun capresnya.

“Saya tak tahu pertimbangannya, kenapa RK belum melakukan sosialisasi yang massif soal posisi politiknya saat ini yang sudah menjadi kader Golkar. Itu penting dilakukan jika RK ingin memberi insentif elektoral kepada Golkar. Termasuk, insentif elektoral buat capresnya,” tandasnya.