Pernah Otopsi Usia Mayat Puluhan Tahun, Bagaimana di Jasad Mirna? Ini Jawaban dr.Djaja

Kasus 'Kopi Sianida', Mendiang Wayan Mirna Salihin
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - Ahli Patologi, Forensik dan DNA, dr. Djaja Surya Atmadja mengaku pernah melakukan otopsi mayat di usia kematian 55 hingga 60 tahun.

Jenis-jenis RAM Yang Ada Pada Laptop, Yuk Simak Dibawah Ini

Hal itu dikemukakan dr. Djaja saat podcast bersama dr. Richard Lee beberapa hari lalu.

"Tahu gak berapa lama yang paling lama saya melakukan otopsi? 55 tahun sampe 60 tahun kematian,” ungkap dr. Djaja

6 Tips Agar Mudah Menang Bermain Game Bagi Pemula

Sebagaimana diwartakan sebelumnya, Dokter Djaja merupakan tim medis yang ahli di bidang sianida selama 30 tahun. Selama itu pula, ia mengajarkan keilmuan forensik sianida kepada mahasiswanya. 

Bocoran Spesifikasi Lengkap Samsung Galaxy A16 Siap Menggebrak Pasar

Dengan pengakuannya yang pernah menangani otopsi terhadap jenazah di usia kematian puluhan tahun itu, sehingga seakan terbentuk wacana kemungkinan jenazah Mirna Salihin untuk bisa diotopsi.  

“(masih bisa diotopsi), tapi ada tapinya, makin lama waktunya makin sedikit yang ketemu,” sambungnya.  

Meski masih bisa dilakukan otopsi, namun dalam kasus Mirna tersebut, Djaja belum bisa meyakinkan karena sudah dalam keadaan dikubur.

Sebab, terang Djaja, seseorang yang meninggal dunia karena racun itu biasanya terdapat di jaringan lunak tubuh, bukan di jaringan keras. Sementara, korban Mirna sendiri sudah lama dikebumikan. 

“Ya kalo diotopsi bisa, tapi masalahnya racunnya ada di situ enggak, tergantung jenis racunnya,” kata dokter Djaja.  

“Masalahnya gini, sianida itu adanya di jaringan lunak bukan di jaringan keras,” lanjutnya. 

Kasus

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

Jawaban dr. Djaja membuat penasaran, dokter Richard Lee. Ia pun menanyakan apakah jenazah Mirna yang sudah 7 tahun meninggal masih bisa diotopsi. Hal itu disebutnya guna mencaritahu penyebab kematian lain selain sianida.  

“Kalo dibongkar 7 tahun itu masih bisa dicek gak paru-paru, otak, dan lain sebagainya?” tanya Richard Lee.  

“Ya kalo masih ada jaringannya, kita kan mana tau, kan itu kan tergantung dari kondisi di bawah (dalam tanah),” jawab dokter Djaja.  

Dirinya memberi contoh jika yang diotopsi adalah bekas luka di bagian luar atau jaringan keras masih bisa, seperti luka bacok di tulang. Namun, untuk racun, termausk sulit karena adanya di jaringan lunak tubuh.

Sebagaimana diketahui, dokter Djaja sempat melakukan penyelidikan terkait penyebab kematian Mirna salihin. Namun, setelah melakukan penyelidikan dirinya sebagai saksi yang dihadirkan oleh pihak kuasa hukum Jessica menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda terkontaminasi sianida di tubuh Mirna seperti yang dituduhkan.