Perjuangan Guru Honorer di Purwakarta, Jualan Kopi Keliling Demi Menyambung Hidup
- Istimewa
Istrinya membuat kue lalu di jual oleh suaminya. Kerja keras pasutri ini patut diacungi jempol dan diapresiasi. Mereka sangat gigih Menyambung hidup, di tengah keterbatasan penghasilan sebagai guru honor.
"Ini sangat luar biasa. Mereka patut dicontoh," ujar Kang Dedi.Menyikapi soal tenaga honorer, anggota DPR RI ini ingin ada evaluasi sistem kepegawaian. Terutama, untuk guru. Pasalnya, sampai saat ini banyak daerah, termasuk Purwakarta kekurangan guru ASN.
Tetapi, yang sudah lama mengabdi (honorer) itu tidak otomatis bisa diangkat jadi ASN. Mereka tetap harus mengikuti sistem dan mendaftar jika ada rekrutmen. Dengan demikian, banyak tenaga honorer yang gagal dan harapannya pupus dengan sistem rekrutmen saat ini.
Sudah saatnya, negara mengatur atau membuat rasio kebutuhan guru. Berapa yang dibutuhkan dan berapa yang tidak. Untuk mengisi pegawainya disesuaikan dengan jam kerja mereka.
"Karena yang sudah lama bekerja (mengajar) sudah terlihat kinerjanya. Berbeda dengan merekrut tenaga baru tetapi jam terbangnya masih diragukan," ujar Dedi.
Dengan demikian, rekrutmen khusus guru sebaiknya menggunakan sistem urut kacang. Yang paling lama bekerja maka dia yang diangkat. Begitu seterusnya. Sehingga tidak akan berimbas pada penumpukkan honorer dan kekosongan guru ASN akibat pensiun.