Dedi Mulyadi: Disharmonisasi dengan Alam Lahirkan Masyarakat Depresi

Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jabar – Rangkaian Ruwat Jagat Mapag Hujan yang diinisiasi Kang Dedi Mulyadi (KDM) berlanjut dengan kegiatan Harmoni Diri yang digelar di Bale Pamanah Rasa, Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (4/10/2023) malam.

Penghentian Perkara Melalui Restorative Justice, Dua Tersangka Penadah Ranmor Menangis Bahagia

Menurut KDM ruwat jagat merupakan tradisi leluhur untuk mengingatkan diri pada mengharmonikan diri dengan alam. Ia mencoba menerjemahkan tradisi tersebut melalui pola pikir akademis dan narasi kebudayaan yang dulu terpaku dalam ritualitas dianggap mistik atau klenik.

“Jadi ngaruwat itu saya terjemahkan dalam pikiran ekologi,” ucap Kang Dedi.

Hasil Survei Pilkada 2024, Cagub Jabar Dedi Mulyadi Tunjukan Pengaruhnya di Basis PDI Perjuangan

Ia menjelaskan, El Nino menyebabkan kekeringan namun di Lembur Pakuan masih bisa panen tiga kali dalam satu tahun karena aliran sungai dan sumber mata air relatif masih terjaga.

“Tapi saya mengingatkan kalau daerah hulu ditambang batunya, pasirnya, ke depan El Nino tidak bisa lagi panen,” ucapnya.

Menakar Keterpilihan Kontestan Pilkada, Pemerhati Politik: Jimat Aku Berpeluang Menang

Untuk itu ruwat jagat kali ini diterjemahkan dalam semangat evaluasi tata ruang. Pertama, regulasi yang kini berbasis digital yang dianggap lebih cepat faktanya masih lambat karena terkoneksi dalam satu server yang dimasukkan berbarengan seluruh Indonesia.

Kedua, lanjut KDM, perizinan yang masuk tidak bisa dikoreksi dan dibuat pertimbangan ekologi karena berat pada sisi politik dan kepentingan. Padahal dimungkinkan terjadi kesalahan sehingga tetap harus ada pertimbangan ekologi dan masukkan untuk mempertahankan tata ruang.

Halaman Selanjutnya
img_title