Kritik dan Solusi dari Kang Dedi, Jadikan Lembur Pakuan Lab Lingkungan dan Pertanian Organik
- Istimewa
VIVA Jabar – Sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Kang Dedi Mulyadi kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah di bidang lingkungan dan pertanian. Salah satunya kritik terhadap pemerintah yang membuat petani ketergantungan terhadap produk kimia.
Tak sekadar melontarkan kritikan, Kang Dedi juga kerap memberikan solusi. Bahkan ia memberi contoh langsung dengan membangun kampung halamannya menjadi laboratorium pertanian organik.
Sudah hampir empat tahun Kang Dedi menata kampung halamannya di Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang. Kini kampung halamannya itu dikenal luas oleh masyarakat dengan sebutan Lembur Pakuan.
"Lembur Pakuan ini laboratorium. Di mana saya melakukan riset dan pengelolaan siklus pengelolaan lingkungan hingga pertanian organik," ujar Kang Dedi Mulyadi.
Mulanya Kang Dedi membangun kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga agar lebih bermanfaat. Sampah organik dibuat menjadi pupuk, sementara anorganik dikumpulkan untuk diolah atau dijual ke pengepul.
Kini lembur pakuan pun terlihat bersih dari sampah. Masyarakat sudah mulai peduli untuk membuat kegiatan rutin membersihkan sampah. Bahkan pendatang atau pengunjung pun dibuat segan untuk membuang sampah sembarangan.
Berjalannya waktu Kang Dedi mulai masuk ke ruang pertanian. Dimulai dengan mengembalikan kesuburan tanah yang sudah mulai jenuh oleh berbagai pupuk dan pestisida kimia.
"Saya kemudian bertemu dengan Aswin, dia bukan profesor hanya seorang pemuda yang mengerti pertanian dan punya visi sama untuk membangun pertanian organik," katanya.
Bersama dengan Aswin, Kang Dedi mulai mengubah pola ratusan hektar lahan pertanian padi menjadi organik. Bahan organik pun kebanyakan berasal dari sampah rumah tangga seperti tulang hewan, cangkang telur, kulit pisang. Ada juga yang berasal dari peternakan seperti limbah lele dan kotoran sapi.
Di saat bersamaan Kang Dedi mulai mengembangkan peternakan. Bukan untuk mencari keuntungan dari daging, justru Kang Dedi menjadikan kotoran dan kencing sapi sebagai produk utama peternakan.
"Kotoran dan kencing itu kemudian dikelola menjadi bahan organik untuk sawah, kemudian padi tumbuh dan sisa panen kembali ke kandang sapi menjadi pakan. Di situ tumbuh siklus yang tak pernah putus," ucapnya.
Kini kerja keras Kang Dedi telah dirasakan manfaatnya oleh warga. Bahkan Kang Dedi telah berhasil membuat pembibitan padi organik Lembur Pakuan yang akan disebar di ribuan hektar sawah sekitar.
Ia bermimpi suatu saat bisa mengubah seluruh areal pertanian dan peternakan di desa seperti di Lembur Pakuan. Dengan seperti itu negara dan petani akan makmur tidak lagi ketergantungan karena semua sudah terintegrasi menjadi siklus simbiosis mutualisme.
"Hari ini yang terjadi adalah rata-rata di kampung diisi olleh motor kredit, ketergantungan gadget dan konsumsi mi instan yang tinggi. Sampai kapanpun kalau tidak segera diubah kita akan terus menjadi bangsa yang konsumtif," katanya.
"Tapi walaupun membangun kesadaran itu awalnya susah, tapi sekarang Lembur Pakuan terbukti bisa mengelola sampah dan membangun pertanian organik. Dan kini banyak orang sengaja datang untuk wisata ke Lembur Pakuan," pungkas Kang Dedi Mulyadi.