Orang Tua Korban Pelecehan oleh Oknum Guru di Garut Minta Pelaku Dihukum Mati

Ilustrasi pelecehan pada anak
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Jabar – Satu per satu orang tua korban predator anak yang dilakukan oknum guru ngaji di Garut akhirnya mulai terbuka.

Seorang Kakek di Garut Tewas Dengan Kondisi Kepala Hancur dan Usus Terurai

Mereka menuntut keadilan agar pelaku berinisial AS bisa dihukum mati. Sebut saja Amang (bukan nama sebenarnya).

Dia merupakan salah satu orang tua dari 17 korban predator AS oknum guru ngaji yang melakukan perbuatan bejat terhadap para bocah laki-laki usia 9-12 tahun di Desa Sirnasari, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut.

Ramaikan! Tempat Nobar Timnas Indonesia vs Uzbekistan di Garut, Duel Panas Semifinal Piala Asia U-23

Orang tua korban ini meminta kepada aparat penegak hukum agar memberi hukuman mati terhadap pelaku.

Anak dari Amang masih berusia 6,5 tahun atau baru akan masuk ke Sekolah Dasar (SD).

Garut Diguncang Gempa M 6,5, Sebabkan Rumah Warga hingga Rumah Sakit Rusak

Ia menceritakan bahwa diketahui anaknya menjadi korban setelah mengalami perubahan pada sifat anaknya.

"Berubah jadi kalau mamanya tahu sifat anak. Awalnya penurut berubah menjadi pemarah. Bahkan, sekarang anak saya tidak mau sekolah. Malu katanya. Ya pokoknya kalau bisa si pelaku dihukum mati," kata Amang melansir tvOnenews, Sabtu (3/6/2023).

Selain Amang, orang tua korban lainnya yang bernama Aceng (bukan nama sebenarnya) bersedia mengungkapkan keluh kesahnya selama menjadi korban sodomi si pelaku.

"Jadi 6 bulan lalu anak saya sempat mengeluh sakit. Kemudian dibawa ke dokter. Keluhannya sakit saat mau BAB. Ternyata dokter bilang begitu," sahut Aceng sambil meneteskan air mata. 

Ia kemudian merincikan pelaku kerap mengajar ngaji kepada korban mulai usai salat magrib.

Para orang tua di kampung tersebut sudah mempercayai bahwa anaknya akan fasih mengaji jika diajarkan AS.

"Dia mengajar ngaji usai salat magrib sampai usai salat isya. Banyak orang tua anak-anak di sini yang titip ngaji ke dia karena tidak dipungut bayaran," tambahnya.

Ia menceritakan para orang tua korban awalnya tak mau melapor atas perbuatan pelaku.

Namun, usai musyawarah dengan tokoh lain akhirnya orang tua lain ikut melapor ke polisi.

"Awalnya saya tidak mau laporan. Kemudian dengan sesepuh musyawarah akhirnya ramai-ramai laporan. Tadinya saya merasa senang karena anak saya mau ikutan ngaji di pelaku. Jadi awal ngaji itu pas bulan Ramadhan. Tapi berjalan waktu anak saya cerita ke mamanya diraba, dicium, disuruh pegang kemaluannya sama guru ngaji," jelasnya.

Seluruh orang tua korban kini was-was akan masa depan anak mereka. Para orang tua takut anaknya tertular perilaku tersangka di kemudian hari.

“Kami para orang tua sekarang takut jika dikemudian hari anak kami yang berbuat serupa. Intinya kita meminta pemerintah membantu pengobatan sampai tuntas agar anak-anak tak mengingat perbuatan si pelaku di kemudian hari," tutupnya.