Tergolong Langka, Dokter Evaluasi Penyebab Fajri Obesitas Nyaris Berbobot 300 Kg

Pria Obesitas 300 Kg, Muhammad Fajri di RSCM
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar – Pria obesitas berbobot nyaris 300 kg dari Tangerang saat ini sedang dalam penanganan rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pria bernama Muhammad Fajri (MF) itu masih ditelusuri penyebab obesitas yang dialaminya, dengan dugaan ada kelainan genetik yang diidapnya.

Kulit Kusam Saat Liburan? Atasi dengan 7 Produk Skincare Terbaik Ini

Dokter spesialis penyakit dalam dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD menjelaskan pihaknya melakukan evaluasi penyebab yang terkait dengan metabolisme pasien. Sampai saat ini, tim dokter mengarah pada masalah kelainan genetik yang memicu penumpukkan lemak di tubuh.

“Kita sedang cari apakah ini (obesitas) ke arah genetik yang berkontribusi terhadap penumpukan masalah lemak atau bukan. Penumpukan lemak akan mengganggu fungsi organ dan juga imunitas tubuh akan mengalami penurunan untuk melawan infeksi,” ucap dokter Dicky, dalam konferensi pers di RSCM, Jakarta.

Kondisi Fisik Mike Tyson akan Diperiksa Dokter Jelang Duel Lawan Jake Paul

Senada, Dokter Spesiali Gizi dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK mengatakan kasus Fajri tergolong langka, karena tidak umum untuk ukuran tubuh seseorang. Sebab idealnya, tubuh manusia memiliki respons untuk rasa lapar dan kenyang untuk membatasi asupan agar tidak berlebihan.

“Jadi sebetulnya manusia itu punya respons untuk menjaga rasa laparnya itu tetap seimbang. Namun karena pasien ini banyak tidak bergerak karena kondisinya, sehingga semakin banyak deposit lemak atau timbunan lemak yang tertumpuk dalam tubuhnya,” ungkap dokter Nurul, di kesempatan yang sama.

Ramai Anak-anak Cuci Darah di RSCM, Benarkah Karena Vaksin Covid-19?

Tindakan prevensi dalam hal ini dinilai sulit lantaran ditangani dalam kondisi obesitas yang sudah demikian lanjut. Pada dasarnya, prevensi atau pencegahan obesitas harus dilakukan sebelum menjadi parah. Sayangnya, kasus obesitas kerap dianggap sepele sehingga tak diberi penanganan sejak dini.

“Kalau menurut saya mungkin di awal tidak ada upaya prevensi karena pasien tidak memiliki insight yang baik mengenai gizi,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
img_title