Kisah Inspiratif Antara Habib Umar Bin Dengan Pelaku LGBT Saat Berdialog
- Screenshot berita VivaNews
"Kamu berpuasa? Ya, saya memang melakukan dosa besar, tetapi saya tidak mau memutuskan hubungan saya dengan Allah dengan satu ibadah yang saya ingin lakukan kepada Allah," lanjutnya.
Habib Umar Bin Hafidz lanjut bercerita, beberapa tahun kemudian, ketua perompak itu pergi menunaikan ibadah haji, lalu dia bertemu dengan orang-orang yang pernah dia rompak hartanya.
"Melihat perompak itu naik haji, melakukan ibadah khusyuk kepada Allah SWT, kata orang yang dirompak 'kamu sudah berubah dari yang dulu?' Ya, ini adalah kesan ibadahku yang dulu yang aku tak aku putuskan dengan Allah. Inilah buah dari aku menghubungkan diri dengan Allah pada waktu itu," tuturnya.
Habib Umar Bin Hafidz menarik hikmah dan hukum dari kisah tersebut. Lalu, Dia berpesan agar kita tetap menjaga hubungan dengan Allah SWT, yaitu dengan cara salat 5 waktu, yang akan lebih baik jika dilakukan secara berjamaah, terlebih mendapatkan takbiratul ihram bersama dengan imam. Selain salat, tunaikan juga zakat dan berpuasa Ramadhan.
"Kalau kamu mempunyai kedua orangtua berbaktilah kepada keduanya. Jangan berlaku zolim kepada anak kecil ataupun orang dewasa. Kalau kamu jaga hubungan kamu dengan Allah dengan amal-amal tadi, maka Allah pasti akan menggapai tangan kamu untuk diberi rahmat dan petunjuk oleh Allah SWT," ungkap Habib Umar.
Terkait labelisasi seseorang kepada orang lain dengan sebuah hukuman surga atau neraka, secara tegas dikatakan Habib Umar Bin Hafidz, bahwa tidak ada seorang pun yang berhak menentukan nasib orang lain apakah akan masuk surga ataupun neraka.
Ia menerangkan, bahwa yang menjadi ukuran adalah penghujung dari kehidupan (umur) seseorang di dunia ini, baik atau sebaliknya.