Kerap Jadi Korban Pelecehan Sesama Jenis, RS Polisikan PA
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - RS (19), mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah, Palembang kerap menjadi korban pelecehan sesama jenis. Ia diperlakukan tak senonoh oleh PA (20). Atas hal ini, lantas RS melaporkan PA ke pihak polisi.
RS melaporkan PA ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Sumatera Selatan (Sumsel). Sebagai junior, RS terpaksa harus melaporkan PA ke polisi karena tak terima dengan aksi pelecehan seniornya itu
RS adalah mahasiswa semester 3 Fakultas FISIP yang tinggal di asrama UIN Raden Fatah.
Dia merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi KIP di kampusnya. Sehingga diharuskan tinggal di dalam asrama kampus.
Kronologi
Pelecehan RS melaporkan peristiwa tersebut ke SPKT Polda Sumsel, pada Senin petang, 23 Oktober 2023. Peristiwa pelecehan seksual sesama jenis ini, bermula pada awal Februari 2023 lalu, dimana korban tidur di kamarnya.
Namun, karena merasa panas, korban pindah tidur ke depan kamar pelaku karena kipasnya cukup besar. Lalu, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, pelaku membangunkannya.
"Di situ dia membangunkan saya, tetapi tangannya masuk ke dalam celana dan memegang alat vital," kata RS usai melapor di SPKT Polda Sumatera Selatan, Selasa, 24 Oktober 2023.
Tidak hanya satu kali, hingga bulan Juni 2023 RS mengaku sudah mendapat perlakuan tersebut sebanyak kurang lebih lima kali.
Pelecehan itu dilakukan pelaku setiap hendak membangunkan RS yang sedang tidur. Karena kejadian itu juga, RS mulai menjauhi PA.
"Pelaku itu kepala kamar, jadi dia selalu membangunkan saya ketika mendekati waktu subuh," ujar RS.
RS Sempat Rekam (Alat Bukti)
RS merasa jengah dan tak nyaman dengan PA. Sekalipun pelecehan seksual sesama jenis, namun itu dilakukan berkali-kali setiap membangunkan dirinya. Karena tidak tahan dengan perbuatan pelaku, ia pun merekam detik-detik ketika pelaku beraksi memegang alat vitalnya.
"Saya sudah hafal dia bangunkan saya jam berapa. Jadi pasang alarm sebelum dia membangunkan saya, kemudian siapkan kamera handphone. Ini sebagai alat bukti saya," kata RS.
Pindah ke Kosan dan Beasiswa Dicabut
Setelah libur semester, RS kembali ke asrama dan mengambil pakaiannya lalu pindah ke kos-kosan temannya. Dia lalu tinggal bersama temannya selama satu bulan karena tidak ingin menjadi korban perbuatan menyimpang pelaku.
Sampai akhirnya pada September 2023, RS dipanggil oleh pihak kampus untuk mencabut beasiswanya yang sudah tidak tinggal di asrama.
Kuasa Hukum
Mardhiyah, kuasa hukum RS mengatakan, ia melaporkan pelaku atas dugaan asusila pasal 289 KUHP. Akibat peristiwa yang dialami kini kliennya mengalami trauma.
"Klien kami mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi jadi diwajibkan tinggal di asrama. Kejadian ini dilakukan oleh ketua kamarnya yang membuat klien kami tidak ingin lagi tinggal di asrama itu karena trauma. Karena tidak tinggal di asrama beasiswanya sudah dicabut," kata Mardhiyah.
Mardhiyah melanjutkan, kliennya bahkan sudah merekam kejadian tersebut sebanyak dua kali karena sebelumnya sudah hafal kapan waktu pelaku membangunkannya.
"Ini terjadi beberapa kali dan dua kali sempat direkam oleh klien kami dengan cara meletakkan handphone di atas kepala yang disandarkannya ketika tidur," ungkap Mardhiyah.
Lebih lanjut, Mardhiyah menjelaskan, bahwa sebelum membuat laporan, pihaknya sudah mengirimkan surat permohonan untuk melakukan mediasi kepada Rektor UIN. Namun, tidak mendapatkan jawaban yang sesuai.
"Kami sudah memberi surat ke rektor untuk memohon mediasi, tetapi rektor memberi jawaban yang tidak sesuai dengan yang kami inginkan. Kami maunya mediasi. Kami harap Kapolda Sumsel bisa menggiring kasus ini karena ini perbuatan yang tidak benar di dunia pendidikan," tutur Mardhiyah.