MUI Nilai Ponpes Al-Zaytun Jauh dari Syari'at Islam
- Viva.co.id
VIVA Jabar – Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun yang terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu beberapa pekan terakhir menjadi salah satu perhatian publik. Di balik prestasi dan kemegahan Ponpes yang diasuh oleh Panji Gumilang itu, ternyata menyimpan banyak misteri. Pasalnya, sederet kontroversi muncul ke muka publik dan menuai protes dari banyak kalangan.
Sempat dikabarkan membolehkan pengikutnya berzina lantaran dosanya dapat ditebus dengan uang, pimpinan Ponpes Al-Zaytun juga melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial.
Salah satu statement yang mengejutkan dari Panji Gumilang adalah Indonesia menurutnya merupakan tanah suci, sedangkan Haramain yakni Mekkah dan Madinah hanyalah tempat ibadah. Maka tak perlu ada keinginan untuk mati di dua kota suci umat Islam itu. Hal tersebut membuat Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu angkat bicara.
Ketua MUI Indramayu, KH M Syatori menegaskan beberapa poin yang menjadi perhatiannya. Menurutnya, syariat islam yang diajarkan oleh ponpes Al-Zaytun sangat tidak sama dengan umat Islam pada umumnya. Mulai dari tata salat, puasa hingga haji yang dianggap tidak umum dengan ajaran islam. Di mana, di ponpes Al Zaytun menyebutkan bahwa ibadah haji tidak mesti ke Mekkah dan Madinah.
MUI Indramayu pun menegaskan pemerintah harus hadir menyelesaikan polemik di Ponpes Al-Zaytun yang diramaikan sendiri oleh orang-orang di dalamnya.
"Al Zaytun dengan segala yang terjadi di akhir-akhir ini. Pertama bahwa Al Zaytun Syariat yang dikembangkan sangat tidak sama dengan tata cara peribadatan umat Islam pada umumnya, sholatnya, puasanya, hajinya, bahkan viral di media sosial haji tidak harus di Mekkah atau Madinah, cukup di haji di Indonesia sebab disamakan bahwa negara Indonesia tanahnya adalah tanah yang suci. Itu sangat tidak sesuai sekali dengan syariat-syariat islam pada umumnya," ujarnya dilansir dari intipseleb.com pada Ahad, 18 Juni 2023.
Untuk itu, MUI menghimbau masyarakat Indramayu untuk tidak terpancing ikut pendidikan dan ajaran yang ada di Ponpes Al-Zaytun.
"Yang kedua kami mengimbau kepada seluruh masyarakat Indramayu khususnya jangan ikut berpendidikan di Al Zaytun sebab ketidaksamaan akidah, ketidaksamaan cara pandang dalam beribadah. Syariat-Syariat yang dilakukan oleh mereka dengan alasan agar jangan sampai terjadi kontradiksi dengan masyarakat, dengan para orang tuanya, Indramayu daerah yang sudah tenang jangan sampai diwarnai dengan hal-hal perbedaan yang tidak berarti,” katanya.
Tak cukup sampai di situ, Syatori juga meminta pemerintah segera hadir menyelesaikan persoalan ini.
“Yang ketiga mohon kepada pemerintah agar segera hadir dalam rangka menyelesaikan keresahan, kegaduhan masyarakat di Indramayu bahkan di Indonesia yang menyaksikan viralnya syariat-Syariat Islam cara mereka, kami memohon kepada pemerintah segera selesaikan kemelut-kemelut keresahan kegaduhan yang terjadi di masyarakat gara-gara viralnya dan diviralkan oleh mereka." ujar Ketua MUI Indramayu KH M Syatori.