Meresahkan, MUI Minta Pemerintah Segera Hadir Selesaikan Polemik Ponpes Al-Zaytun
- Viva.co.id
VIVA Jabar – Sederet fakta-fakta kontroversial bermunculan dari Pondok Pesantren Al-Zaytun. Terlebih ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh Panji Gumilang selaku pimpinan Pondok Pesantren yang terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat itu kerap nyeleneh.
Selain sempat dikabarkan bahwa Ponpes Al-Zaytun membolehkan santrinya melakukan zina karena dosanya dapat ditebus dengan uang, pimpinan Ponpes tersebut yakni Panji Gumilang baru-baru ini mengaku bahwa dirinya penganut paham komunis.
Tak hanya itu, beberapa fakta kontroversial lainnya juga terungkap. Seperti pencampuran shaf perempuan dan laki-laki pada saat shalat Idul Fitri, cara adzan yang tak lazim, khutbah pakai ayat Alkitab, bahkan Panji Gumilang menyuruh santrinya membaca kitab umat kristiani.
Terkait hal itu, Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Indramayu, KH. M. Syatori menegaskan beberapa poin yang menjadi perhatiannya atas kontroversi Ponpes Al-Zaytun. Menurutnya, syariat islam yang diajarkan oleh Ponpes Al-Zaytun sangat tidak sama dengan umat Islam pada umumnya. Mulai dari tata salat, puasa hingga haji yang dianggap tidak umum dengan ajaran islam.
"Al Zaytun dengan segala yang terjadi di akhir-akhir ini. Pertama bahwa Al Zaytun Syariat yang dikembangkan sangat tidak sama dengan tata cara peribadatan umat Islam pada umumnya, sholatnya, puasanya, hajinya, bahkan viral di media sosial haji tidak harus di Mekkah atau Madinah, cukup di haji di Indonesia sebab disamakan bahwa negara Indonesia tanahnya adalah tanah yang suci. Itu sangat tidak sesuai sekali dengan syariat-syariat islam pada umumnya," ujarnya dilansir dari intipseleb.com pada Ahad, 18 Juni 2023.
Ketua MUI Indramayu itupun menghimbau kepada masyarakat Indramayu untuk tidak ikut pendidikan dan ajaran yang ada di Ponpes Al-Zaytun asuhan Panji Gumilang itu.
"Yang kedua kami mengimbau kepada seluruh masyarakat Indramayu khususnya jangan ikut berpendidikan di Al Zaytun sebab ketidaksamaan akidah, ketidaksamaan cara pandang dalam beribadah. Syariat-Syariat yang dilakukan oleh mereka dengan alasan agar jangan sampai terjadi kontradiksi dengan masyarakat, dengan para orang tuanya, Indramayu daerah yang sudah tenang jangan sampai diwarnai dengan hal-hal perbedaan yang tidak berarti,” katanya.
KH. M. Syatori juga meminta pemerintah segera hadir menyelesaikan polemik di Ponpes Al-Zaytun yang diramaikan sendiri oleh orang-orang di dalamnya.
“Yang ketiga mohon kepada pemerintah agar segera hadir dalam rangka menyelesaikan keresahan, kegaduhan masyarakat di Indramayu bahkan di Indonesia yang menyaksikan viralnya syariat-Syariat Islam cara mereka, kami memohon kepada pemerintah segera selesaikan kemelut-kemelut keresahan kegaduhan yang terjadi di masyarakat gara-gara viralnya dan diviralkan oleh mereka." ujar KH. M. Syatori.