Moeldoko Ungkap Awal Mula Kedekatan dengan Panji Gumilang hingga Berkunjung ke Al Zaytun
- Kolase tvOne
VIVA Jabar – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengakui memiliki kedekatan dengan Panji Gumilang dan Pondok Pesantren Al Zaytun. Mantan Panglima TNI ini pun mengungkap awal mula dirinya memiliki kedekatan dengan Pondok Pesantren Al Zaytun dan Panji Gumilang.
Dia bercerita kedekatannya dengan Al Zaytun dan Panji Gumilang telah terjalin sejak tahun 2010 ketika dia masih menjabat sebagai Panglima Kodam (Pangdam) III/Siliwangi.
Moeldoko mengatakan kedekatan ini bermula dari rasa penasarannya terkait Pesantren Al Zaytun yang kerap dikait-kaitkan dengan organisasi terlarang Negara Islam Indonesia (NII).
“Waktu saya Pangdam dulu, Pangdam 3 Siliwangi, saya penasaran dengan Al Zaytun karena yang saya dengar bahwa ada isu tentang NII dikait-kaitkan dengan Al Zaytun, suatu saat saya pengen kesan. Waktu itu komandan saya mengatakan ‘waduh, sulit panglima’ tapi saya tetap datang ke sana,” ujar Moeldoko dalam program Fokus tvOne seperti dilihat Rabu, 5 Juli 2023.
Moeldoko mengungkap kedatangannya ke Al Zaytun selain untuk mencari tahu kebenaran isu adanya NII di Al Zaytun, dia juga ingin menanamkan kesadaran bela negara kepada para santri.
“Saya tidak ingin kehadiran kami malah merusak tradisi yang sudah ada di pesantren, untuk itu ‘ayo saya minta temen-temen dari pesantren datang ke kodam, mari kita susun bersama kurikulum yang akan kita kembangkan dalam konteks penguatan bela negara,” cerita Moeldoko.
Moeldoko mengklaim pendekatan semacam ini tidak hanya ia terapkan di Al Zaytun saja, melainkan juga di seluruh pondok pesantren yang ada di Indonesia.
Diakui Moeldoko, sejak dahulu Al Zaytun memang sudah sangat tertutup, namun dia tidak merinci bagaimana dirinya bisa diterima masuk hingga dekat dengan Panji Gumilang.
“Al Zaytun, mereka sangat tertutup, iya waktu itu tertutup. Saya cukup dekat dengan Panji Gumilang (sejak 2010) hingga saat ini,” ungkapnya.
Saat polemik Al Zaytun kembali mencuat, Moeldoko pun sempat menanyakan bagaimana perkembangan kurikulum bela negara yang ia ajarkan dulu. Kemudian, sambung dia, staf Al Zaytun yang dihubungi pun mengaku tidak ada yang berubah.
“Kalau yang saya lihat saat datang, dari dalam sih sepertinya tidak ada itu (penyimpangan dan keberadaan NII) tetapi kita kan gak bisa ngikutin hari-hari mereka, kita punya waktu yang terbatas, tapi setidaknya indikasi awal bisa kita dapat bahwa benarkah ajaran-ajaran NII berkembang di Al Zaytun, itu kan bisa kita kenali dari indikasi-indikasinya,” kata Moeldoko.
“Kalau dari pendidikannya, dari formal kurikulumnya saya rasa tidak ada,” pungkasnya.