Kamuflase 1 Muharram Al-Zaytun, Infaq Berdalih "Lempar Jumroh"
VIVA Jabar - Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun, Indramayu, merupakan pesantren terbesar di kawasan Asia Tenggara. Gedung-gedung tinggi nan mewah berdiri megah di sekitaran komplek pesantren tersebut. Masyarakat yang melihatnya pun akan langsung terposan melihat kemegahan dan keindahannya.
Namun dibalik kemegahan tersebut menyimpan bebrapa misteri dan pertanyaan dari lubuk hati yang melihatnya. Salah satunya ialah keingin tahuan masyarakat, dari mana Panji Gumilang mendapatkan dana sebesar itu untuk membangun pesantren Al-Zaytun.
Dengan berjalannya waktu, satu per satu fakta pun terungkap. Ternyata ada ritual nyeleneh 1 Muharram yang dijadikan ladang usaha oleh Panji Gumilang. Hal itu diungkapkan oleh mantan pengikutnya.
Leny Siregar, mantan wali santri mengungkap ada ritual bernama 'lempar jumroh' yang biasanya dilakukan masyarakat dari level tertinggi hingga level desa, saat memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram di pondok pesantren itu. Leny mengaku beberapa kali ikut dalam ritual tersebut.
"Ikut (ritual lempar jumroh) 1 Muharram. Beberapa kali sebelum memasukkan santri pun pernah ke sana tahun 2009 misalnya, dan beberapa tahun sebelum anak saya sekolah di sana, ke sana saat 1 Muharram," kata Leny seperti dikutip dari tayangan Catatan Demokrasi di tvOne, pada Rabu, 18 Juli 2023.
Leny menjelaskan, undangan untuk hadir pada peringatan 1 Muharram itu disebar para koordinator ke pejabat dengan level tertinggi hingga masyarakat di desa. Semua yang memiliki dana, kata Leny, bisa datang ke acara tersebut. Sebuah video yang menjelaskan maksud ritual 'lempar jumroh' pun diputar.
Dijelaskan Leny, lempar jumroh itu merupakan istilah orang dalam Pondok Pesantren Al Zaytun untuk menyumbangkan infak. Dalam video tersebut, beberapa pria bergiliran maju dan menyebutkan nominal infak yang disumbangkan. Ada yang menyumbang Rp26 juta, Rp2 juta sampai Rp500 ribu.
"Jadi memang seperti itu tradisi lempar jumrohnya, istilah untuk orang dalamnya itu lempar jumroh jadi memasukkan infak-infak dari wilayah masing-masing. Jadi memang seperti itu, mengundang tokoh kemudian mengundang jamaah dari koordinator itu bukan masyarakat biasa atau sekitar komplek Al Zaytun, itu semua umat Negara Islam Indonesia (NII) KW 9. Lokasinya (ritual lempar jumroh) di Masjid Rahmatan lil Alamin," jelas Leny.
Leny mengatakan tidak ada yang merasa tertekan saat menyumbang infak tersebut. Justru kata Leny, mereka kerap malu kalau hanya menyumbangkan infaq dalam jumlah yang sedikit. Adapun terkait jumlah uang infak, Leny tidak dapat memastikan. Namun, ia memperkirakan total uang infak yang terkumpul mencapai miliaran rupiah.
"Jumlahnya bisa miliaran dalam beberapa jam saja karena memang sudah dikumpul dari beberapa hari sebelumnya. Jadi koordinator itu tinggal bawa, tinggal masukkan uangnya. Kalau diperuntukkan untuk apa ya, pastinya dibilang untuk pembangunan di sana (Ponpes Al Zaytun) saja," pungkas Leny.