Ukraina Kirim Drone Bunuh Diri, Rusia Perintahkan Bandara Moskow Tangguhkan Penerbangan
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Pasukan Bersenjata atau Militer Ukraina (AFU) melancarkan serangan ke Rusia dengan menerbangkan pesawat nirawak (Drone) pada Sabtu (26/8/2023) pagi, waktu setempat.
Kabar tersebut disampaikan pihak Rusia yang melaporkan adanya serangan drone atau pesawat nirawak ke Moskow.
Dengan adanya serangan itu, Rusia memaksa pihak berwenang untuk kembali menutup sementara semua tiga bandara utama yang melayani ibu kota Rusia tersebut.
Menurut laporan kantor berita TASS, Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin mengkonfirmasi informasi itu. Ia mengatakan bahwa sebuah drone ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara di distrik Istra di wilayah Moskow.
Sebagaimana diketahui, distrik tersebut terletak sekitar 50 km di sebelah barat Kremlin.
Dengan adanya informasi tentang rencana serangan tersebut, tiga bandara besar di Moskow, yakni Sheremetyevo, Domodedovo dan Vnukovo, menangguhkan penerbangan selama beberapa jam pada hari Jumat (25/8/2023), sehari sebelum serangan terjadi.
Serangan udara terhadap Moskow dan wilayah lain yang dikuasai Rusia telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, termasuk 42 drone yang dicegat di Semenanjung Krimea yang dikuasai Rusia pada Jumat, yang merupakan salah satu serangan udara terbesar yang dilaporkan sejak perang dimulai.
Meskipun serangan tersebut tidak menimbulkan kerusakan besar, tetapi intensitasnya telah memaksa pihak berwenang Rusia untuk sementara waktu menutup bandara yang melayani ibu kota beberapa kali pada pekan lalu.
Rusia mengalahkan Ukraina atas serangan pada Jumat tersebut dan semua serangan sebelumnya yang meningkat setelah dua drone dihancurkan di Kremlin pada awal Mei.
Ukraina belum berkomentar dan hampir tidak pernah secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas serangan di Rusia atau di wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina.
Namun, militer Ukraina telah mengatakan sebelumnya bahwa tindakan menghancurkan infrastruktur militer Rusia membantu serangan balasan yang dimulai Ukraina pada Juni, 2 bulan yang lalu.