Mitos dan Fakta Seputar Menstruasi, Begini Penjelasan Dokter
- Pixabay
VIVA Jabar – Menstruasi yang dialami oleh para wanita setiap bulan mendatangkan berbagai mitos yang sejak lama dipercaya oleh masyarakat luas. Beberapa hal disebut menjadi pantangan selama masa menstruasi karena dapat berpengaruh buruk terhadap kondisi kesehatan.
Akan tetapi, banyak dari kepercayaan itu yang ternyata hanya sebatas mitos atau tidak sesuai dengan fakta di dunia kesehatan.
Mitos seputar menstruasi pertama yang paling banyak dipercaya adalah bahwa seorang wanita yang sedang dalam masa menstruasi dilarang minum kopi karena akan menyebabkan nyeri yang semakin parah. Faktanya, minum kopi diperbolehkan selama dalam batas wajar dan tidak ada kaitannya dengan nyeri haid.
"Minum kopi boleh, asalkan tidak berlebihan. Sebenarnya tidak ada kaitannya ya karena kopi itu masuknya ke lambung sedangkan menstruasi terjadi di bagian rahim," jelas dokter Wisniaty Condro, saat ditemui di Sarinah, Jakarta, Jumat 23 Juni 2023.
Selain minum kopi, mitos soal minum es bisa menghentikan haid juga banyak diyakini oleh para wanita. Faktanya, belum ada penelitian khusus dan signifikan yang membuktikan haid bisa berhenti jika minum air es. Namun, minum-minuman hangat lebih disarankan karena dapat membantu meredakan rasa sakit dari kram menstruasi.
Mitos selanjutnya adalah keramas saat haid disebut dapat membuat sakit kepala. Beberapa orang menganggap keramas saat haid justru dapat menyebabkan sakit kepala karena kondisi pori-pori kulit kepala terbuka.
"Sakit kepala saat haid sebenarnya disebabkan oleh fluktuasi hormon. Justru harus dijaga kebersihan rambut dan kulit kepalanya selama haid dengan cara keramas secara teratur," jelasnya.
Kemudian, banyak juga yang meyakini bahwa periode menstruasi harus 28 hari. Rata-rata wanita memang mengalami siklus menstruasi selama 28 hari. Namun siklus yang normal adalah berada di rentang waktu 21-35 hari. Sekalipun siklus menstruasi menjadi lebih cepat atau lama tetapi masih dalam kurun waktu tersebut, maka masih terbilang normal.
Dokter Wisniaty juga menegaskan bahwa selaput dara tidak berhubungan dengan keperawanan wanita. Sejauh ini masih banyak yang keliru bahwa ketika selaput dara robek maka orang tersebut dikatakan sudah tidak perawan lagi.
"Secara media selaput dara tidak berhubungan dengan keperawanan wanita. Sebab, setiap wanita memiliki variasi selaput dara mulai dari bentuk hingga ketebalan. Jadi, hal itu bukan lah acuan atau penanda keperawanan seorang wanita," paparnya.
Di samping itu, selama masa menstruasi para wanita dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan area intim guna menghindari rasa gatal hingga iritasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan pembalut yang tepat seperti yang terbuat dari bahan organik dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya.