Kiprah Mariana Yunita dan Komunitas Tenggara Bangun Ruang Dialog Kesehatan Seksual di NTT

Mariana Yunita, Penerima SIA 2020
Sumber :
  • instagram/tenggarantt X @unfpaindonesia

VIVAJabar Kekerasan terhadap perempuan merupakan cerminan dari ketidaksetaraan gender yang masih mengakar di masyarakat. Data dari Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pelaku kekerasan seringkali berasal dari lingkungan terdekat korban, seperti keluarga atau pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa akar masalah kekerasan terhadap perempuan terletak pada relasi kuasa yang timpang dan normalisasi kekerasan dalam masyarakat.

5 Fakta Menarik Fitur WhatsApp Channel yang Wajib Kamu Ketahui

Dilansir dari komnasperempuan.go.id, berdasarkan catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2023, kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, angka 289.111 kasus pada tahun 2023 masih sangat mengkhawatirkan. Data ini menunjukkan penurunan sekitar 12% atau 55.920 kasus dibandingkan tahun 2022.

Profil korban kekerasan umumnya adalah perempuan muda dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan pelaku. Yang lebih mengkhawatirkan adalah peningkatan jumlah pelaku yang seharusnya menjadi panutan atau pemegang otoritas, seperti tokoh agama atau pejabat publik. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pelaku dari kelompok ini meningkat sebesar 9%, jauh di atas rata-rata 21 tahun terakhir.

Menyusuri Jejak Hijau Twelve's Organic, Pertanian Organik Berkelanjutan Ala Maya Stolastika

Hal ini menegaskan bahwa akar masalah kekerasan terhadap perempuan terletak pada ketidakseimbangan relasi kuasa antara pelaku dan korban. Pelaku yang memiliki kekuasaan, baik itu politik, pengetahuan, atau jabatan, cenderung lebih mudah melakukan kekerasan.

Meskipun kekerasan dalam ranah personal masih menjadi jenis kekerasan yang paling sering dilaporkan, kasus kekerasan di ranah publik dan negara juga mengalami peningkatan yang signifikan. Kenaikan ini terlihat pada kasus-kasus kekerasan yang melibatkan aparat penegak hukum, pejabat publik, dan diskriminasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Upaya Nordianto dari Tanah Seribu Sungai, Tekan Angka Pernikahan Dini Melalui GenRengers Educamp

Sebuah inovasi lahir dari bumi Indonesia Timur, tepatnya Kupang, Nusa Tenggara Timur, Mariana Yunita Hendriyani Opat. 

Penelitian mendalam telah dilakukan Mariana Yunita terhadap 500 remaja di NTT mengungkap fakta mengejutkan: mayoritas remaja di sana kekurangan informasi akurat tentang seksualitas. Tanpa panduan yang tepat, mereka rentan terhadap risiko kesehatan reproduksi, kekerasan seksual, dan kehamilan dini. Kondisi ini diperparah oleh minimnya ruang bagi remaja untuk berdiskusi terbuka tentang masalah seksualitas. 

Sebagai respons, Mariana menginisiasi program Bacarita Kespro melalui Tenggara Youth Community, bertujuan untuk mengisi kekosongan informasi dan menciptakan ruang aman bagi remaja untuk belajar dan berbagi.

Kegiatan Tenggara Youth Community

Photo :
  • instagram/tenggarantt

Di sinilah Bacarita Kespro berperan. Bacarita berasal dari kata Melayu kupang dan berarti "bercerita".Program ini memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja melalui metode pembelajaran inovatif seperti bercerita, permainan edukatif, dan penggunaan alat-alat pendidikan. Program ini menyasar generasi muda dari kelompok miskin, terpinggirkan, terpinggirkan secara sosial, dan kurang terlayani.

Saat ini, program Bacarita Kespro menjangkau 2.000 generasi muda di 43 komunitas di  seluruh NTT. Selain Kopernik, wilayah ini juga mencakup Kota Kupang, Desa Oesao di Provinsi Kupang, Desa Neke di Provinsi Timor Tengah Selatan, dan Pulau Kera di Provinsi Sumba Timur. Selain itu, Tenggara Youth Community juga berkolaborasi dengan BKKBN, Badan Penanggulangan AIDS, dan Women for Indonesia untuk memperluas akses terhadap pendidikan seksual.

Dilansir dari akun instagram @unfpaindonesia X @tenggarantt, di jelaskan bahwa Mariana Yunita (atau Tata) dan Komunitas Tenggara tengah mengubah hidup ribuan anak muda di NTT. Dengan berani melawan stigma, mereka membuka ruang dialog terbuka tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan. Dukungan komunitas semakin memperkuat upaya mereka untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda.

Bersama komunitas, termasuk para tokoh agama, Tata telah berhasil memberdayakan lebih dari 4.000 anak muda di 30 desa terpencil di NTT. Melalui Komunitas Tenggara, mereka membuka ruang dialog terbuka tentang kesehatan reproduksi dan kekerasan berbasis gender. Dengan dukungan yang kuat, Tenggara telah berhasil mengubah pandangan dan praktik masyarakat, menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda.

Kegiatan Tenggara Youth Community

Photo :
  • instagram/tenggarantt

Atas usahanya yang tak kenal lelah, Mariana Yunita berhasil meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 yang diberikan oleh Astra sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusinya dalam bidang kesehatan seksual dan reproduksi.

Kisah perjuangan dan dedikasi Mariana Yunita Hendriyani Opat serta Komunitas Tenggara di Nusa Tenggara Timur sungguh menginspirasi. Melalui upaya mereka dalam membuka ruang dialog terbuka tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan, ribuan anak muda di NTT telah mendapatkan pencerahan dan pemberdayaan. Dukungan yang mereka terima dari berbagai pihak, termasuk tokoh agama, telah membawa perubahan positif yang signifikan dalam masyarakat.