Aksi Bejat Pelatih Paskibra di Sumatera Selatan Lakukan Pelecehan
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar – Kepala Sekolah dan pelatih Paskibra di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan telah melakukan tindakan keji dengan memaksa sejumlah anak didiknya melakukan tindakan seksual yang tidak pantas. Setelah kejadian tersebut, pihak kepolisian langsung menangkap pelaku bernama Martin Hadi Susanto.
Kasat Reskrim Polres Muara Enim, AKP Tonny Saputra mengungkapkan bahwa pelaku membujuk korban untuk melakukan tindakan tersebut dengan dalih dapat membantu mereka untuk menjadi prajurit TNI atau Polri, tetapi dengan syarat harus memeriksa alat kelamin korban terlebih dahulu.
"Bagaimana di tahun 2019 dia selaku pelatih Paskibra menawarkan kepada anak didiknya untuk masuk ke TNI ataupun Polri, dengan begitu dia mengalibikan untuk mengecek alat kelamin masing-masing, dengan cara difoto, dan diberikan bahwa ini perlu diterapi," kata Tonny, Sabtu 15 Juli 2023.
Korban yang terjerat tipu daya pelaku kemudian setuju untuk memperlihatkan alat kelaminnya. Setelah pelaku melihat alat kelamin korban, maka pelaku menyebut bahwa kelamin korban tidak memenuhi standar untuk masuk TNI.
"Pelaku memberikan saran untuk ikut dalam pelatihan, ataupun pendidikan di TNI harus memiliki ukuran penis yang normal. Dengan cara itu dia kemudian melakukan terapi terhadap anak-anak ataupun korban tersebut," kata Tonny.
Pada saat korban bersedia melakukan terapi, pelaku kemudian mengajak korban berhubungan sesama jenis. Apabila korban menolak, maka pelaku mengancam akan menyebarkan foto alat kelamin milik korban.
"Dan pada saat diterapi itulah dia melakukan kegiatan cabul tersebut. Apabila siswa tersebut tidak mau terapi, maka dengan ancaman foto tersebut dia bisa menakut-nakuti para siswa tersebut," kata Tonny.
Menurut Tonny, tindakan cabul itu dilakukan oleh pelaku di mess atau kamar yang ada di asrama sekolah. Perbuatan bejat pelaku itu diketahui sudah terjadi sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2022.
"Saat ini (korban) yang sudah melaporkan ada 6 orang. Namun dalam pengakuan baik itu tersangka, maupun pengakuan korban yang masih takut untuk melaporkan dan tidak mau identitasnya diketahui, itu sudah 13 orang," ujar Tonny.