Imah Babaturan, Nostalgia Makan di Rumah Teman Sekolah di Bandung

Warung Kopi Imah Babaturan
Sumber :
  • Humas Bandung

Alhasil, menu mingguan ini justru menjadi data tarik tersendiri bagi pengunjung Imah Babaturan. Banyak pelanggan yang menanti menu mingguan favoritnya ada. Bahkan, sampai ada yang datang dari Papua untuk sengaja melipir ke Imah Babaturan demi menyantap menu kesukaannya.

Rayakan 50 Tahun Bermitra, BlueBand dan Kartika Sari Jalin Kerja Sama yang Sukses

"Ini juga untuk menyiasati menu reguler yang tidak banyak tadi karena dapur kita kecil. Sehingga orang bisa makan menu yang lain ketika datang ke sini selain menu reguler. Biar tidak bosan dan selalu punya alasan untuk datang ke Imah Babaturan," ujar Anggia.

Baginya, tidak ada waktu spesifik untuk rutin mengeluarkan menu terbaru. Ia hanya mengingat-ingat menu apa saja yang pernah dimasak ibunya dulu. Semua menu yang tiba-tiba teringat akan muncul di menu mingguan.

Kehidupan Costplay Hantu di Jalan Asia Afrika Kota Bandung Diangkat Jadi Sebuah Film

Delapan tahun berdiri, Imah Babaturan telah mempekerjakan 20 orang karyawan. Ini pun menjadi hal unik dari Imah Babaturan. Tak seperti waiters di tempat makan lain, penampilan karyawan di sini tergolong nyentrik.

Hudha menuturkan, jika memang ia dan sang istri tak pernah melihat background dari para karyawannya. Utamanya hanya dua, yang penting jujur dan mau bekerja keras.

Wulling Tawarkan Harga Istimewa di GIIAS Bandung 2024 Bisa DP Rendah Cek Syaratnya

"Teman-teman yang membantu kita ini dulunya rada badung. Kebanyakan anak jalanan, tidak sekolah, anak band yang badung. Ketika kita menerima mereka di sini, syaratnya memang cuma dua: mau kerja dan jujur," ungkapnya.

"Kalau sengaja di konsep seperti ini sih tidak. Mungkin memang belum banyak tempat yang bisa menerima anak-anak seperti ini, sehingga mereka kesulitan untuk bekerja. Kami salah satunya yang bisa menerima mereka apa adanya," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
img_title