Pakar Sebut Big Data akan Terus Berkembang di Indonesia
- Istimewa
"Misalnya penggunaan big data di instansi pemerintah daerah, harus manfaatkannya sampai level merespons kebutuhan dan ekspektasi masyarakat urban. Seperti ketersediaan transportasi umum dan informasi lalu lintas yang lebih efisien. Selain itu juga layanan kesehatan terkait ketersediaan dokter dan waktu tunggu terutama dalam kondisi darurat serta manajemen bencana untuk merespons situasi darurat," ujar Doktor Keamanan Informasi Oxford University, Inggris, ini.
EVP Digital Business and Technology Telkom, Komang Budi Aryasa, mengatakan bahwa Telkom telah memiliki BigBox yang dapat menjadi solusi dalam mengakselerasi ekosistem digital yang berkelanjutan di tanah air melalui pemanfaatan big data. BigBox merupakan End-to-end Data Management and Analytics Platform yang dirancang tidak hanya membantu mengelola, tetapi juga menganalisis data dalam jumlah besar di berbagai lingkungan dalam berbagai format data. Sehingga, BigBox mampu memberikan pencerahan, memberikan rekomendasi, menyolusikan tantangan, serta mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan instansi lewat big data.
Komang Budi Aryasa, menambahkan, "Lembaga riset International Data Corporation melaporkan, pasar big data dan analitik di Indonesia tumbuh 14,7% pada semester I-2022 atau naik 12,5% dari periode sama tahun 2021. Tetapi pertumbuhan pasar tersebut sebetulnya relatif belum memuaskan karena upaya pemanfaatan data dalam skala besar belum masif dilakukan di Indonesia. Artinya masih banyak peluang dan potensi yang bisa digali.”
Aqsath Rasyid Naradhipa, pakar big data, mengafirmasi pernyataan Komang Budi Aryasa.
"Betul itu, pemanfaat data di instansi baik swasta maupun pemerintah, belum maksimal. Tantangannya mulai dari cara melakukan pengumpulan data, pembersihan data, hingga pemanfaatan datanya," katanya.
Padahal kalau data itu bisa dimaksimalkan, ujar Aqsath, maka bisa meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengambilan keputusan, kesalahan bisa diminimalisir, serta dampak dari keputusan bisa lebih tepat.
Lebih lanjut, menurut dia, data digital di perusahaan Indonesia masih banyak yang tercecer dan belum menjadi satu, serta tidak memiliki teknologi mumpuni untuk mengelola dan mengkorelasikan data eksternal dengan data internal.