Polemik Ajaran Ponpes Al-Zaytun, MUI Keluarkan 3 Penyataan
- viva.co.id
VIVA Jabar – Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun Indramayu, Jawa Barat menuai gelombang protes dari berbagai kalangan. Salah satu puncak dari protes tersebut adalah demonstrasi yang dilakukan ribuan massa yang tergabung dalam Forum Indramayu Menggugat (FIM) beberapa waktu lalu.
Bahkan, Kemenag Jawa Barat pun turun tangan langsung ke Ponpes pimpinan Panji Gumilang itu guna melakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap kurikulum pendidikan dan ijin operasional Ponpes Al-Zaytun.
Hal itu, lantaran paham yang diajarkan oleh Ponpes yang terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu itu sama sekali berbeda dengan ajaran-ajaran Islam pada umumnya.
Salah satu yang menggemparkan publik adalah anjuran pengasuh Ponpes Al-Zaytun kepada santrinya untuk membaca kitab kaum Kristiani yaitu Alkitab. Tak hanya itu, cara adzan yang tak lazim serta penyatuan shaf perempuan dan laki-laki saat shalat Idul Fitri menjadi fakta yang kontroversial sehingga berpotensi menimbulkan gesekan sosial.
Menanggapi beberapa kontroversi tersebut, Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Indramayu, KH. M. Syatori mengeluarkan tiga pernyataan. Menurutnya, paham yang diajarkan di Ponpes Al-Zaytun sama sekali tidak sama dengan syariat yang dianut oleh umat Islam secara umum.
"Al Zaytun dengan segala yang terjadi di akhir-akhir ini. Pertama bahwa Al Zaytun Syariat yang dikembangkan sangat tidak sama dengan tata cara peribadatan umat Islam pada umumnya, sholatnya, puasanya, hajinya, bahkan viral di media sosial haji tidak harus di Mekkah atau Madinah, cukup di haji di Indonesia sebab disamakan bahwa negara Indonesia tanahnya adalah tanah yang suci. Itu sangat tidak sesuai sekali dengan syariat-syariat islam pada umumnya," ujarnya dilansir dari intipseleb.com pada Ahad, 18 Juni 2023.
Selanjutnya, KH. M. Syatori menghimbau kepada masyarakat Indramayu untuk tidak ikut pendidikan dan ajaran yang ada di Ponpes Al-Zaytun asuhan Panji Gumilang itu.
"Yang kedua kami mengimbau kepada seluruh masyarakat Indramayu khususnya jangan ikut berpendidikan di Al Zaytun sebab ketidaksamaan akidah, ketidaksamaan cara pandang dalam beribadah. Syariat-Syariat yang dilakukan oleh mereka dengan alasan agar jangan sampai terjadi kontradiksi dengan masyarakat, dengan para orang tuanya, Indramayu daerah yang sudah tenang jangan sampai diwarnai dengan hal-hal perbedaan yang tidak berarti,” katanya.
Kemudian, KH. M. Syatori meminta pemerintah segera hadir menyelesaikan polemik di Ponpes Al-Zaytun yang diramaikan sendiri oleh orang-orang di dalamnya.
“Yang ketiga mohon kepada pemerintah agar segera hadir dalam rangka menyelesaikan keresahan, kegaduhan masyarakat di Indramayu bahkan di Indonesia yang menyaksikan viralnya syariat-Syariat Islam cara mereka, kami memohon kepada pemerintah segera selesaikan kemelut-kemelut keresahan kegaduhan yang terjadi di masyarakat gara-gara viralnya dan diviralkan oleh mereka." ujar KH. M. Syatori.