Istri Murka Lihat Paksu Hisap Vape Karena Pengaruhi Testis dan Gairah Seks, Benarkah?
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Sebuah penelitian mengungkapkan, laki-laki yang menggunakan rokok elektrik atau sering disebut vape mengalami 'kerugian' lebih besar dibandingkan dari kebiasaan merokok konvensional.
Ilmuwan menemukan fakta tersebut setelah melakukan riset dan uji coba (eksperimen) pada tikus jantan yang terpapar asap vape, berdampak buruk pada mengecilnya ukuran testis, menghambat gairah seks dan menurunnya jumlah sperma pada tikus jantan tersebut.
Ilmuwan dari Turki menganalisa ukuran testis tikus sebelum dan sesudah hewan tersebut terpapar asap rokok dan uap rokok elektrik, serta mengidentifikasi biomarker stres dalam darah dan alat kelamin.
"Namun, dampak dari asap rokok konvensional, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya, bahkan lebih buruk lagi terhadap organ pria," kata para peneliti dalam laporan New York Post Health, Senin (11/9/2023)
Jumlah sperma tikus yang terpapar uap rokok elektrik adalah 95,1 juta sperma per mililiter, dibandingkan dengan 98,5 juta per mililiter pada kelompok yang tidak terpapar nikotin apa pun.
Namun, kelompok tikus yang terpapar asap rokok konvensional memiliki jumlah sperma terendah dari ketiganya, yaitu 89 juta sperma per mililiter.
Testis mereka juga berukuran paling kecil dan beratnya lebih ringan dibandingkan tikus yang terpapar uap rokok elektrik serta kelompok kontrol.
“Harus dipertimbangkan bahwa meskipun cairan (rokok elektrik) dianggap tidak berbahaya dalam studi berhenti merokok, hal itu dapat meningkatkan stres oksidatif dan menyebabkan perubahan morfologi pada testis,” tulis para peneliti dalam laporan mereka, yang diterbitkan bulan ini di Spanish, jurnal bahasa Revista Internacional de Andrologia.
Pada tahun 2020, peneliti Denmark juga menemukan bahwa pria yang menggunakan rokok elektrik setiap hari memiliki jumlah total sperma yang jauh lebih rendah dibandingkan para non-vaper.
Namun penulis penelitian ini mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak data manusia untuk mendukung temuan ini, karena rokok elektrik juga banyak disebut-sebut sebagai metode efektif untuk membantu orang menghentikan kebiasaan merokok mereka.
"Untuk menjadi pilihan yang aman dalam studi berhenti merokok, dampaknya terhadap masyarakat perlu diberikan pencerahan lebih lanjut,” kata mereka dalam kesimpulannya
Diperkirakan 12 juta orang dewasa menggunakan rokok elektrik, sementara jutaan anak-anak dan remaja telah bergabung dalam populasi pengguna vape, meskipun ada batasan usia.
Sementara, Laman Jurnal Life menyebutkan, meskipun beberapa dokter beranggapan bahwa rokok elektrik adalah produk yang 'aman' untuk alternatif selain rokok, akan tetapi bahaya rokok elektrik (vaping) tak bisa dihindari seperti cedera paru-paru dan kesehatan mental yang buruk.
Selain itu, vaping juga sebelumnya dikaitkan dengan penghambatan kesuburan. Bagi orang yang mengalami masalah kesuburan dan kehamilan, dokter terlebih dahulu menyarankan agar perokok berhenti merokok.
Namun, banyak penelitian mengenai komposisi dan efek cairan vaping menunjukkan bahwa rokok elektrik mungkin bukan pengganti produk tembakau yang ideal bagi mereka yang berjuang dengan kesuburan.