Bangkit dari Krisis Pasca Pandemi, Dewi Anggraeni Berdaya dengan Kripik Pare
- Istimewa
VIVA Jabar – Pandemi Covid-19 telah terbukti berdampak secara signifikan terhadap keadaan sosial-ekonomi masyarakat. Banyak tenaga kerja yang terkena imbas berupa pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kondisi ini, tentu berefek pula pada penghasilan keluarga terdampak Pandemi, tak terkecuali kepada suami Dewi Anggraeni, seorang ibu rumah tangga.
Namun, kondisi sulit tersebut tidak membuat Dewi Anggraeni berdiam diri. Ia terus berpikir keras untuk mengubah keadaan, mengubah kesempitan menjadi kesempatan.
Alhasil, Dewi Anggraeni bersama suaminya berinisiatif menciptakan produk olahan yang dapat diterima pasar, dan tentu saja yang bernilai ekonomis. Keduanya, terpinspirasi dari anak-anaknya yang tidak suka makan sayur. Dari sana tercetuslah sebuah ide untuk menciptakan olahan makanan dari sayuran.
Dengan keahlian memasak dan eksplorasi makanan, Dewi dan suaminya berhasil menciptakan keripik dari sayuran. Percobaan pertama melibatkan berbagai jenis sayuran, mulai dari sawi, wortel, dan juga pare. Setelah mencoba dipasarkan ternyata keripik pare menjadi best seller, dan mereka memutuskan fokus memproduksi keripik pare, sementara produk lain hanya diproduksi sesuai pesanan.
Usaha yang dijalankan berdua ini, dalam sehari bisa mengolah sekitar 3 kg pare dan menghasilkan sekitar 15 kemasan. Setiap kemasan dijual dengan harga Rp 20.000. Produk yang diberi nama D'Nafta ini tidak hanya unik dan lezat tetapi mereka juga berhasil mendapatkan legalitas Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Saat ini, produk mereka sudah tersedia di beberapa swalayan dan hotel di Kota Bandung.
Usaha yang berjalan sejak tahun 2019 ini kurang lebih telah meraup omset sebesar Rp 4.000.000 hingga Rp 5.000.000 di setiap bulanya. Omset ini didapat dari hasil gabungan produk keripik pare dan varian keripik sayur lainnya. Meski demikian, Dewi merasa masih banyak aspek yang perlu dikembangkan. Salah satu tantangan utamanya adalah bagaimana membuat keripiknya memiliki masa kedaluwarsa yang lebih panjang. Saat ini, produk keripik pare hanya bertahan selama 3 bulan. Hal ini cukup menghambat ekspansi pemasaran yang lebih luas.
"Kami sangat berharap program ini dapat memberikan kami pengetahuan dan keterampilan baru, termasuk bagaimana mengolah produk agar bisa lebih tahan lama dan memanfaatkan strategi pemasaran digital untuk menciptakan peluang pasar lebih luas," ujar Dewi Anggraeni.
Dewi dan suami sering mengikuti beberapa kegiatan pelatihan berwirausaha. Mereka juga banyak tergabung di komunitas-komunitas UMKM, termasuk salah satunya mereka saat ini menjadi peserta binaan program Amalpreneur Rumah Amal Salman. Program yang diluncurkan pada Sabtu, 10 Februari 2024 lalu ini akan membina 236 UMKM se-Jawa Barat selama 2 bulan ke depan.
“Amal Preneur Academy merupakan program inovasi terbaru dari Laznas Rumah Amal Salman. Program ini bertujuan memberikan pendampingan kepada 236 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Jawa Barat. Program ini memiliki fokus utama pada pertumbuhan bisnis dan pencapaian kemandirian yang berkelanjutan,” kata Kapro Program Amal Preneur Academy, Muhammad Akbar Fajar Siddiq.
Program ini mendapat dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, YPM Salman ITB, Pusat Halal Salman, Kataliz, dan Lazis Darul Hikam guna memperkuat komitmen bersama untuk mendukung para pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha mereka.
Dalam kegiatan launching Sabtu kemarin, Amal Preneur Academy Rumah Amal mendatangkan tokoh wirausaha yang berpengalaman, di antaranya Ina Wiyandini, Founder dan Owner Ina Cookies, serta Aditia Zulfikar, pemilik Rumah Makan Steak Ranjang. Para peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi, sehingga diharapkan para peserta tidak hanya mendapatkan panduan praktis, tetapi juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas jaringan.
“Peserta diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas jaringan, belajar dari para ahli, dan memperoleh wawasan baru dalam mengelola bisnis mereka. Dengan demikian, program ini dapat menjadi dorongan bagi pertumbuhan ekonomi umat di wilayah tersebut,” pungkas Fajar.