Dedi Mulyadi Jelaskan Makna Filosofi 'Endasmu Etik' yang Jadi Perbincangan
- Istimewa
VIVA Jabar – Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Kang Dedi Mulyadi (KDM) memberi penjelasan makna filosofi di balik viralnya ungkapan ‘Endasmu Etik’ yang sempat dilontarkan Prabowo Subianto dalam Rakornas Partai Gerindra beberapa waktu lalu.
Menurut KDM, maksud ungkapan tersebut adalah bentuk kelakar. Saat itu Prabowo yang merupakan ketua umum partai sedang menceritakan keluh kesah, perjalanan dirinya, dalam mengusung para calon kepala daerah.
“Pak Anies Baswedan itu dicalonkan oleh Partai Gerindra dengan keringat, bercucuran air mata, para kader digerakan ke DKI, iuran loh saat itu. Kenapa saya berani ngomong gitu? Karena saya saat itu ikut supporting melalui partai anggota fraksi, biar kecil-kecil ikut saya nyumbang supporting,” ucap KDM.
Kebetulan, kata KDM, kini orang yang dicalonkan tersebut menjadi kompetitor di Pilpres 2024. Pada saat debat terlontarlah soal etik.
“Nah kita balik, dalam etik Sunda dalam etik Jawa ada yang dikenal dengan rasa dan rumasa (perasaan dan sadar diri), karena ada itu, maka setiap orang itu harus mengenal darimana dia berasal dan mau kemana,” ujarnya.
KDM menyebut, rasa dan rumasa menjadi pegangan orang dalam memandang moral manusia. Sehingga dalam debat terlontar bahasa etik yang merujuk pada rasa dan rumasa tersebut.
Orang yang memegang rasa dan rumasa memiliki rasa hormat pada orang yang telah membesarkannya. Kalaupun menyampaikan kritik pasti diimbangi oleh rasa hormat dan mempertimbangkan perasaan.