IKA Uninus Menyayangkan Pemberhentian Dosen dan Pegawai Secara Sepihak
- Istimewa
VIVA Jabar – Salah satu Universitas swasta di Kota Bandung yang memasuki usia 65 tahun yakni Universitas Islam Nusantara (Uninus) dikabarkan melakukan pemecatan secara sepihak terhadap tenaga dosen dan karyawan.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, bahwa tenaga dosen dan karyawan yang diberhentikan jumlahnya mencapai 120 orang.
Sementara, Ketua Ikatan Alumni (IKA) Uninus, Nukaddis Nasher menjelaskan terkait hal tersebut pihaknya belum mendapatkan jumlah pasti terkait dosen dan karyawan yang dipecat.
"Betul saya mendegar itu beberapa hari ini, jumlah pastinya saya belum tahu," jelasnya saat dikonfirmasi VIVA Jabar pada Jumat, 19 Januari 2024.
Nukkadis Nasher mengaku, sangat menyayangkan langkah pihak Yayasan dan kampus yang memberhentikan dosen dan pegawai tanpa alasan yang jelas.
"Kami selaku alumni menyayangkan, kami berencana melakukan komunikasi dengan pihak yayasan dan Universitas dalam waktu dekat ini," jelasnya.
Diakui oleh Nukaddis bahwa saat 11 bulan lalu dipimpin Rektor Prof Obsatar Sinaga, Uninus sudah lepas landas.
"Saya sudah optimis Uninus bangkit, dengan kejadian ini kami sebagai alumni harus kembali mencitrakan Uninus, dan akan memberi solusi kepada Universitas dan yayasan, agar Uninus kembali bangkit," jelasnya.
Dirinya menegaskan, bahwa alumni Uninus banyak tersebar di Indonesia, dari pejabat daerah hingga nasional.
"Saya selaku ketua IKA akan menghubungi alumni Uninus perihal adanya pemberhentian terhadap dosen dan pegawai," pungkasnya.
Adanya pemberhentian tersebut, membuat sejumlah dosen yang diberhentikan resah, karena mereka merasa pemberhentian tersebut seperti buruh pabrik yang tidak memiliki kualifikasi.
"Padahal kan sebagai dosen ada kualifikasi kepangkatan, ada jenjang pendidikan dan sebagainya. Dengan pemberhentian massal begini, kami merasa disamakan saja dengan karyawan staf yang diberhentikan juga. Sudah persis seperti buruh pabrik," kata salah satu dosen yang juga menjabat di lingkungan Uninus.
Fenomena pemberhentian tenaga dosen yang masuk kategori tenaga pendidik dan karyawan oleh Yayasan di kampus tersebut, bisa berdampak kepada adanya proses pemberhentian tenaga dosen dan karyawan di kampus lain di wilayah Jabar, khususnya kota Bandung.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Wilayah Jabar Dr. R. Ricky Agusyadi, SE., M.M.Ak., CFrA., CHRM, saat diminta tanggapan mengenai adanya pemberhentian 120 orang tenaga dosen dan karyawan di kampus tersebut, dirinya belum bisa memberikan komentar panjang.
"Secara kelembagaan ABPPTSI kami belum bersikap, baru Senin pekan depan kami akan melakukan rapat menyikapi adanya pemberhentian dosen dan karyawan di Universitas swasta yang berusia 65 tahun tersebut," jelas Ricky.
Secara pribadi, Ricky menjelaskan bahwa adanya pemberhentian kepada 50 dosen dan 70 pegawai di Kampus tersebut, berdampak kepada kinerja Dosen.
"Untuk dosen yang diberhentikan itu saya kira berdampak, beberapa dari dosen yang diberhentikan ada yang menghubungi saya seperti mencari suaka politik bahasanya, agar bisa menampung, namun belum saya sikapi," jelasnya.
Dampak kepada dosen jika diberhentikan dari Kampusnya, secara otomatis tidak mendapatkan anggaran dari sertifikat dosen (serdos) yang langsung diberikan oleh negara kepada dosen di seluruh Indonesia.
"Jika dosen diberhentikan maka secara otomatis tidak mendapatkan sertifikat dosen yang diberikan negara, karena tidak memiliki homebase tetap yang menjadi tempat dirinya mengabdi. Karena dosen yang sudah mendapatkan sertifikat dosen itu setiap melakukan penelitian, pengabdian harus mengupload kegiatannya dari akun Universitas tempatnya bernaung, jika diberhentikan seperti ini otomatis tidak bisa mengakses untuk melaporkan kegiatan dosen," jelasnya.
Dirinya menilai, apa yang terjadi di kampus tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan baik, tanpa pemberhentian massal.
"Memang ada regulasi dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, namun jika berujung pada pemberhentian massal bisa berdampak serius. Apa yang terjadi di kampus tersebut harusnya bisa diselesaikan dengan baik," paparnya.
Ricky bahkan mengapresiasi jika kampus tersebut bisa bersaing dengan kampus swasta lain di tingkat nasional, Jabar, dan kota Bandung.
"Kampus ini saya kira aset kota Bandung, lembaga pendidikan tinggi itu punya marwah sendiri. Saat dipimpin rektor sebelumnya kampus ini bangkit, bahkan masuk peringkat 20, 50 besar pemeringkatan Universitas di Indonesia," jelasnya.