Ditantang Habib Bahar, Andy Rompas: Kami Hanya Ingin Hidup Rukun

Panglima Manguni Makasiouw, Andy Rompas
Sumber :
  • Berbagai Sumber

VIVA Jabar – Perseteruan antara Habib Bahar dan Andy Rompas hingga kini masih memanas. Ketegangan antara keduanya bermula saat terjadinya kerusuhan di Sulawesi Utara pada 25 November 2023 lalu.

Isi Janji Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, Atasi Perang di Palestina dan Ukraina

Kala itu, Barisan Solidaritas Muslim (BSM) pimpinan Habib Bahar melakukan aksi solidaritas untuk Palestina. Tapi, ormas Manguni Makasiouw yang dikomandani oleh Andy Rompas malah mengibarkan bendera terlarang Israel.

Kedua ormas itu pun terlihat kericuhan dan hingga bentrok bahkan dikabarkan telah menelan korban jiwa.

Keji! Israel Kembali Serang Kamp Pengungsian, Total Korban Jiwa Tewas Bertambah Menjadi 43.799

Habib Bahar pun dengan tegas menyebut bahwa Manguni Makasiouw adalah musuh ummat Islam.

"Kalau bahasa Manado bakudapa kita kupas sampai kulit-kulit tatonya (Andy Rompas). Sembunyi," ucapnya.

Militer Israel Kembali Bantai Warga Gaza, Lebih dari 28 Warga Tewas dalam 24 Jam Terakhir

Tak cukup dengan kerusuhan di Bitung, Sulawesi Utara itu, teror yang dialami oleh pondok pesantren Tajul Alawiyyin milik Habib Bahar itu juga dituding telah dilakukan oleh kelompok Manguni Makasiouw. Ini menambah ketegangan antara kedua kelompok.

"Ponpes Habib Bahar diserang preman. Mana, mau main-main? kita ajarin cara mainnya mereka. Tajul Alawiyyin ini, Allahuakbar. Tunggu aja, kita potong-potong mereka semua itu. Biasa potong-potong ayam kan, nah kali ini kita potong-potong orang,” ujar Bahar.

Seolah merespon ucapan Habib Bahar itu, Andy Rompas malah memamerkan kekuatan bersama rekannya. Rompas memperlihatkan kekuatan laskar Manguni yang kebal senjata tajam.

"Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak. Tidak ada istilah mayoritas dan minoritas di Tanah Minahasa, karena torang samua basudara (kita orang semua bersaudara), kecuali untuk para kadrun dan mereka kaum radikal," tulis Andy Rompas.

Kemudian, Rompas menegaskan keinginannya untuk hidup rukun dan damai, agar Natal di Tanah Minahasa tidak lagi memerlukan pengawalan ketat.

“Karena kami hanya ingin hidup rukun dan damai, tidak seperti sekarang di mana setiap Natal harus ada aparat kepolisian menjaga," tandasnya.