Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang Sebut Garis Keturunan Nabi Muhammad Identitas Aneh

Pimpinan Ponpes Al-Zaytun, Panji Gumilang
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar – Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Panji Gumilang kembali menyampaikan ceramah kontroversial. Kali ini dia menyinggung garis keturunan Nabi Muhammad yang kini banyak dijumpai di Indonesia.

Hati-hati! Begini Cara Hacker Curi Data Pribadimu, Kenali dan Lindungi Dirimu Sekarang

Dilihat melalui video yang dibagikan akun TikTok Hery Patoeng pada Sabtu kemarin. Pria 76 tahun itu dengan lantang menyebut bahwa nasab atau garis keturunan Nabi Muhammad SAW merupakan satu identitas aneh.

“Sekarang orang menonjolkan keturunan Nabi Muhammad. Aneh! Itu identitas aneh. Karena hidungnya mancung, terus ngaku-ngaku ‘saya habib’,” ujar Panji Gumilang, dikutip Minggu, 18 Juni 2023.

Syarat Cek Penerima Bantuan PIP Apakah Membutuhkan NISN, Silahkan Simak Dibawah Ini

Kemudian, dalam ceramah yang disampaikan di hadapan santri-santrinya itu, Panji Gumilang juga mengutip Alquran Surat Al Ahzab ayat 30. Terkait ayat ini, Panji beranggapan bahwa keturunan Rasulullah SAW sudah tiada.

“Nabi Muhammad sudah ngendiqo ‘maa kaana muhammadun abaa ahadin min rjaalikum’. Muhammad qui, duduk bapak daripada kaum lelakimu,” kata Panji.

Adik Raffi Ahmad Tak Lagi Bersama! Nisya Ahmad Gugat Cerai Suami

Lebih lanjut, Panji menyinggung saat ini di Indonesia telah banyak dijumpai orang yang mengaku-ngaku keturunan Rasulullah SAW. Menurutnya, mereka yang mengaku sebagai keturunan Nabi SAW tidak memahami betul isi Alquran.

“Walaupun hidung mancung, ada sedikit brewok kemudian dia ngaku ‘saya berdarah (bernasab) nabi’ itu bisa paham kita itu, aneh orang ini, gak baca Alquran apa,” imbuhnya.

“Yang mengucapkan ‘maa kaana muhammadun abaa ahadin min rijaalikum’ itu kanjeng nabi (Muhammad), maka ditafsirkan dengan tafsir yang macem-macem,” sambungnya.

Kemudian Panji Gumilang juga mengaku miris melihat kenyataan di masyarakat yang terlalu mengagung-agungkan orang yang ‘mengaku’ bernasab dengan Nabi Muhammad. Padahal, kata dia, akan lebih baik jika seseorang bangga dengan nasabnya sendiri.

“Dipraktekan di Indonesia sedikit-sedikit ‘wah ini nasab nabi’ waduh gimana ini. akan lebih gagah (kalau kita ditanya) ‘apa nasab-mu?’ (jawab) Indonesia, gitu, kalau sudah begitu, asyik bukan?” demikian Panji Gumilang.