Dinkes Jabar Gelar Pemahaman Rencana Kontingensi Gizi pada Situasi Bencana

Pertemuan Penyusunan Rencana Kontingensi Gizi Bencana
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jabar – Dinas Kesehatan Jawa Barat melaksanakan Pertemuan Penyusunan Rencana Kontingensi Gizi Bencana di Ballroom Swisbelresort, Kota Bandung, Senin (12/6/2023).

Konser Jabar Bahagia, Ratusan Pendukung Paslon Acep Gita KDI Padati Alun Alun Kecamatan Pagaden

“Tujuan dari pertemuan penyusunan rencana kontingensi gizi pada situasi bencana ini adalah agar tersusunnya rencana kontingensi gizi pada situasi bencana di 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat,” kata Plt. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Vini Adiani.

Selain itu menurutnya, kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya antisipasi kesiapsiagaan krisis kesehatan dalam bencana di wilayah Provinsi Jawa Barat, sehingga perlu dibentuk klaster kesehatan di masing masing Kabupaten /Kota.

Sistem Zonasi PPDB Jabar Bakal Dihapus, Cagub Jabar Dedi Mulyadi Tegaskan Hal Ini

“Sehingga ketika terjadi bencana alam, bencana non alam atau bencana sosial dapat sesegera mungkin dilakukan respon cepat penanganan bencana yang terintegrasi terutama dalam layanan gizi pada situasi bencana,” ucapnya.

Oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berinisiatif menyelenggarakan pertemuan penyusuann rencana kontingensi gizi pada situasi bencana tingkat Provinsi Jawa Barat.

Anggaran Terbatas, Minimnya Rambu-rambu Jadi Salah Satu Penyebab Kecelakaan di Subang

Gangguan pada layanan dasar dan kondisi kehidupan yang disebabkan oleh kejadian bencana seperti jumlah dan kualitas air yang tidak memadai, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi serta berkurangnya akses ke makanan dan pemukiman, dapat meningkatkan risiko kekurangan gizi, kejadian penyakit yang berujung kepada meningkatnya risiko kematian.

“Sebagai salah satu contoh penilaian dampak bencana joint needs assessment (JNA) yang dilakukan pada masa tanggap darurat gempa bumi Sulawesi Tengah, likuifaksi dan tsunami, mengungkapkan bahwa 26% responden telah berhenti menyusui. Selain itu, 62% responden menyebutkan bahwa ketersediaan makanan untuk anak-anak dan bayi sangat terbatas pada masa awal bencana,” lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
img_title