Ahli Psikologi Forensik Nilai Kasus Teddy Minahasa Sebagai Perang Bintang di Tubuh Polri

Irjen Pol Teddy Minahasa Jalani sidang peredaran narkoba
Sumber :
  • viva.co.id

Positifnya, publik bisa diyakinkan bahwa posisi penting di kepolisian diisi SDM terbaik. Kemudian, melalui strategic model bisa diketahui bahwa polisi-polisi akan berlomba melakukan penegakan hukum bukan demi kepastian hukum, tapi untuk memperoleh credit point. 

Ini Alasan Polri Kurangi Pengamanan TPS Luar Negeri

Sementara itu, Reza menyebut akan sangat mengerikan jika antarklik polisi saling bersaing dengan cara destruktif bahkan sabotase satu sama lain. Kata Reza, ini berbahaya karena praktik pemangsaan dalam organisasi yang berkultur toxic semakin terlihat.

"Apabila antar-subgrup di dalam tubuh kepolisian itu bersaing dengan cara destruktif, maka hal tersebut bisa merusak kohesivitas organisasi kepolisian. Dan kalau institusi kepolisian sudah pecah belah, maka publik yang merasakan mudaratnya," tuturnya.

Iptu AH Resmi Gugat Cerai KDL, Mungkinkah Dikabulkan oleh Kasatker?

"Kembali ke pledoi Teddy, dengan adanya indikasi perang bintang di balik kasus ini, maka sangat patut jika Mabes Polri mendalami informasi sensitif yang disampaikannya," sambung Reza. 

Selain indikasi perang bintang, Reza memandang Pledoi yang disampaikan Teddy Minahasa juga memuat pesan terhadap Kapolri Jenderal Listiyo Sigit Prabowo untuk melakukan pembenahan internal di institusi yang dipimpinnya.

Hadiri Simulasi, Bey Machmudin Optimistis Pemilu 2024 di Jabar Kondusif

"Di lingkup makro, Kapolri setidaknya harus berhadapan dengan dua agenda pembenahan internal yang sangat berat. Pertama, penguatan sistem pengembangan karir di dalam tubuh Polri. Kemudian yang kedua, harus memastikan Polri bersih dari kemungkinan adanya anasir-anasir jahat," pungkas Reza.