Soekarno, Soekarnoisme dan KeIndonesiaan
- Istimewa
Dalam perspektif geopolitik menjadi relevan Jika melihat resources yang dimiliki bangsa Indonesia akan menjadi negara yang besar dan bersaing dengan negara maju lainnya. Indonesia memiliki dua modal utama. Pertama, potensi bonus demografi. Kedua, Sumber Daya Alam yang melimpah. Pada tahun 2045 Indonesia genap memasuki usia 100 tahun. Perubahan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita hindari. Seperti diketahui, perubahan dunia datang setiap seratus tahun sekali. Pada tahun 1700-an ditemukan mesin uap oleh James Watt, kemudian ditemukan listrik oleh Michael Faraday dan lampu listrik oleh Thomas Alva Edison tahun 1800-an. Lalu komputer ditemukan bersama internet pada tahun 1900-an. Dan saat ini perubahan dunia kembali datang Revolusi 4.0 dengan bertumpu ada kecerdasan buatan, kecepatan internet dan pengelolaan big data. Itulah ‘signal’ global yang sesungguhnya dalam kontek pikiran-pikiran Soekarno sudah dituangkan dalam berbagai macam tulisannya. Dalam kontek mengimbangi dan mengikuti ‘irama’ global maka perlu didorong investasi pada pembangunan Sumber Daya Manusia termasuk di dalamnya riset dan teknologi. Sumber Daya Manusia perlu terlebih dahulu melihat faktor pendidikan dan kesehatan karena kedua hal tersebut adalah faktor penting menuju Indonesia Emas 2045, 100 Tahun Indonesia merdeka. Sehingga, pendidikan dan kesehatan adalah penopang utama bagi kemajuan sebuah bangsa.
Indonesia di prediksi mendapatkan bonus demografi dalam rentang 2020-2030. Dengan demikian, apabila bonus demografi ini bisa dikelola dengan baik dan profesional oleh pemerintah, maka Indonesia bisa mendapatkan manfaat besar. Letak Indonesia yang strategis berada diantara dua benua, Benua Asia dan Benua Australia, dan diantara dua Samudera, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Dengan luas wilayahnya yang 75 persen dikelilingi laut, panjang garis pantai 95.181 KM, negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia, 17.440 ribu pulau, 129 Gunung merapi, kekayan alam yang tidak terbarukan, 1128 suku, 746 bahasa, jarak dari sabang sampai merauke 5428 km jarak yang sama antara Teheran ke London, melintasi 10 negara eropa dan sumber daya manusia dengan jumlah penduduk 270 juta orang sebagai unsur terpenting semuanya ada di Indonesia. Melihat situasi yang dimiliki, Bung Karno mengingatkan jika manusia Indonesia tidak lagi peka dan memahami potensi besar geopolitiknya maka ia akan tetap jatuh menjadi bangsa Kuli di antara bangsa-bangsa, (een natie van koelies, en een kolie onder de naties).
Soekarno dengan berbagai gagasan (isme), prestasi dan eksistensinya bagi Indonesia dan dunia akan selalu dikenang sepanjang masa, kita bangsa Indonesia bangga memilikinya.
Dirgahayu Bung Karno ke 122 Tahun.
Penulis: Abdy Yuhana, Sekjen DPP PA GMNI, Penulis Buku Rute Indonesia Raya.