Berikut Ini Tata Cara Shalat Dhuha yang Benar

Ilustrasi Shalat Dhuha
Sumber :
  • Pinterest

Viva JabarShalat Dhuha bisa dilakukan dengan minimal 2 rakaat atau lebih atau maksimal 12 rakaat. Mengutip dari TVonenews yang mengutip ceramah Buya Yahya, menurutnya shalat dhuha dilakukan selagi matahari belum di atas kepala.

Mimpi Basah di Siang Hari Saat Puasa Ramadan, Ini Hukumnya Menurut Buya Yahya

 

Shalat identik dengan shalat penarik rezeki dan ganjarannya seperti orang bersedekah sebagaimana tertuang dalam hadist Qudsi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. 

Ustaz Adi Hidayat Bagikan Amalan Membuka Pintu Rezeki, Baca Doa Ini Setiap Pagi

 

Allah berfirman, "Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka'at Shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang,” (HR. Tirmidzi). 

Nonton Film Porno untuk Bangkitkan Syahwat Suami-Istri, Begini Pandangan Buya Yahya

Selanjutnya, berikut ini tata cara shalat Dhuha

1. Membaca Niat Shalat Dhuha 

Niatnya : Ushalli sunnatad dhuhā rak‘ataini lillāhi ta‘ālā.

 Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah SWT.” 

2. Rakaat pertama, membaca Al Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat As syams atau surat-surat pendek lainnya. 

3. Rukuk 

4. I'tidal 

5. Sujud 

6. Duduk diantara dua sujud

7. Sujud 

8. Rakaat kedua membaca surat al-Fatihah dilanjutkan membaca Surat Ad-dhuha atau surat pendek lainnnya.

9. Rukuk 

10. I'tidal 

11. Sujud 

12. Duduk diantara dua sujud

13. Sujud 

14. Takhiyat akhir 

Di atas adalah tata shalat Dhuha yang benar. Berikut ini doa setelah shalat Dhuha :

Allāhumma innad dhuhā’a dhuhā’uka, wal bahā’a bahā’uka, wal jamāla jamāluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka.

Artinya, “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu.”

Allāhuma in kāna rizqī fis samā’i fa anzilhu, wa inkāna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkāna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kāna harāman fa thahhirhu, wa inkāna ba‘īdan fa qarribhu, bi haqqi duhā’ika wa bahā’ika wa jamālika wa quwwatika wa qudratika. ātinī mā atayta ‘ibādakas shālihīn.

Artinya, “Wahai Tuhanku, jika rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah. Jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah. Jika sukar atau dipersulit (kudapat), mudahkanlah. Jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah. Jika jauh, dekatkanlah dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”