Kisah Inspiratif Antara Habib Umar Bin Dengan Pelaku LGBT Saat Berdialog

Habib Umar Bin Hafidz
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - Seorang Kyai, Habib Umar Bin Hafidz ditanya seorang pria yang mengaku sebagai Ketua LGBT di Malaysia. Pertanyaan tersebut disampaikan saat Habib Umar Bin Hafidz menggelar pengajian bersama para jamaah.

Ayu Ting Ting Gelar Pengajian di Rumahnya, Persiapan Nikah?

Dalam kesempatan tersebut, dia mempertanyakan judge orang-orang yang mengatakan bahwa kaum LGBT akan otomatis masuk neraka.  

Pria yang mengaku diri sebagai Ketua LGBT tersebut kemudian menanyakan pandangan Habib Umar Bin Hafidz terhadap kaum-kaum LGBT seperti dirinya.

Rizky Billar Bongkar Bukti Nafkah Rp100 Juta untuk Lesti, Sindir Netizen yang Sok Tahu

Tanpa menghakimi, jawaban Habib Umar mampu membuat semua jamaah terdiam

Menjawab pertanyaan pria tersebut, Habib Umar mengatakan, dosa terbagi menjadi dua, yaitu dosa kecil dan dosa besar. Dosa kecil bisa dihapus oleh Allah SWT dengan kita melakukan banyak kebaikan. Sementara dosa besar, akan dihapus jika kita bertaubat kepada Allah SWT. 

Aliran Sesat Ajak Jemaah Tukar Pasangan, Ahmad Sahroni Minta Polisi Bertindak

Lebih lanjut, Habib Umar Bin Hafidz menjawab pertanyaan pria tersebut dengan menceritakan kisah perompak yang merampas harta orang-orang namun tetap beribadah kepada Allah SWT. 

"Diceritakan ada seorang perompak, dia merompak orang yang sedang berjalan, lalu merompak hartanya. Kemudian, dihidangkan kopi di hadapan perompak-perompak itu, namun ketua perompak tidak mau minum kopi itu. Lalu ditanya 'kenapa kamu tidak minum kopi?' Kata Ketua perompak, saya sedang berpuasa," kata Habib Umar mengawali ceritanya dalam video yang diunggah di Youtube Abu Arfan, dikutip VIVA, Rabu 14 Juni 2023.  

"Kamu berpuasa? Ya, saya memang melakukan dosa besar, tetapi saya tidak mau memutuskan hubungan saya dengan Allah dengan satu ibadah yang saya ingin lakukan kepada Allah," lanjutnya.

Habib Umar Bin Hafidz lanjut bercerita, beberapa tahun kemudian, ketua perompak itu pergi menunaikan ibadah haji, lalu dia bertemu dengan orang-orang yang pernah dia rompak hartanya.  

"Melihat perompak itu naik haji, melakukan ibadah khusyuk kepada Allah SWT, kata orang yang dirompak 'kamu sudah berubah dari yang dulu?' Ya, ini adalah kesan ibadahku yang dulu yang aku tak aku putuskan dengan Allah. Inilah buah dari aku menghubungkan diri dengan Allah pada waktu itu," tuturnya. 

Habib Umar Bin Hafidz menarik hikmah dan hukum dari kisah tersebut. Lalu, Dia berpesan agar kita tetap menjaga hubungan dengan Allah SWT, yaitu dengan cara salat 5 waktu, yang akan lebih baik jika dilakukan secara berjamaah, terlebih mendapatkan takbiratul ihram bersama dengan imam. Selain salat, tunaikan juga zakat dan berpuasa Ramadhan. 

"Kalau kamu mempunyai kedua orangtua berbaktilah kepada keduanya. Jangan berlaku zolim kepada anak kecil ataupun orang dewasa. Kalau kamu jaga hubungan kamu dengan Allah dengan amal-amal tadi, maka Allah pasti akan menggapai tangan kamu untuk diberi rahmat dan petunjuk oleh Allah SWT," ungkap Habib Umar. 

Terkait labelisasi seseorang kepada orang lain dengan sebuah hukuman surga atau neraka, secara tegas dikatakan Habib Umar Bin Hafidz, bahwa tidak ada seorang pun yang berhak menentukan nasib orang lain apakah akan masuk surga ataupun neraka. 

Ia menerangkan, bahwa yang menjadi ukuran adalah penghujung dari kehidupan (umur) seseorang di dunia ini, baik atau sebaliknya. 

"Allah berfirman dalam Alquran, Allah akan menetapkan dengan kalimat yang baik kepada orang-orang yang beriman di dunia dan juga di akhirat. Dan Allah akan menyesatkan orang-orang dan Allah berhak berbuat apa saja yang diinginkan," tukasnya. 

Habib Umar kemudian menceritakan kisah lain yang tak kalah inspiratif dan bisa dijadikan pembelajaran. 

Dalam sebuah kisah, lanjut Dia, seorang alim ulama besar bernama Ma'ruf Al Karkhi, ketika sedang berjalan bertemu dengan sekelompok pemuda tengah berfoya-foya minum arak dan melakukan tindakan di luar akal sehat.  

"Beberapa orang yang bersama dengannya (Ma'ruf Al Karkhi) mengatakan 'wahai Syekh doakan supaya mereka dibinasakan oleh Allah SWT karena perbuatan munkarnya itu. Maka Ma'ruf Al Karkhi mengangkat tangannya kepada Allah dan mengatakan, 'Ya Allah sebagaimana engkau memberi kegembiraan kepada mereka di dunia, berikan juga nanti kegembiraan di akhirat'," kata dia. 

"Anak muda yang bersama Ma'ruf Al Karkhi mengatakan, 'kami minta kepada engkau wahai Syekh kebinasaan untuk mereka bukan mendoakan kebaikan untuk mereka.' Syekh menjawab, ‘mereka itu tidak akan diberi kegembiraan di akhirat melainkan Allah memberikan hidayah kepada mereka untuk bertaubat di dunia," tambahnya.  

Habib Umar Bin Hafidz melanjutkan kisah tersebut, setelah didoakan oleh Syekh Ma'ruf Al Karkhi, para pemuda yang tengah minum arak tadi datang mendekati Syekh Ma'ruf.  

"Mendekat perahu itu ke tepi pantai dan datang ke Ma'ruf Al Karkhi dan mengatakan, 'aku bertaubat kepada Allah disebabkan doanya tadi'," pungkas Habib Umar Bin Hafidz, menutup ceritanya.