Ahli Forensik Beri Penjelasan Sianida di Lambung Mirna Salihin Tak Sebabkan Kematian
- viva.co.id
VIVA Jabar – Film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jesscia Wongso yang diluncurkan pada akhir September 2023 lalu telah memicu perbincangan seputar kematian Wayan Mirna Salihin kembali ramai. Film berdurasi 1,5 jam itu memperlihatkan sejumlah kejanggalan yang mulai terungkap.
Seorang ahli forensik dr. Djaja Surya Atmaja membeberkan sebuah penjelasan terkait sianida yang ada di tubuh Mirna. Ia menegaskan bahwa sianida yang ada di lambung Mirna itu tidak menyebabkan kematian. Dengan kata lain, ia menyebut Mirna meninggal bukan karena diracun.
Djaja mengungkapkan bahwa pada tahun 2016 lalu, keluarga Mirna menolak keras dilakukannya autopsi terhadap jenazah Mirna. Mereka hanya mengizinkan mengambil sampel dari lambung, darah, hati dan urin jenazah.
Menurut hasil pemeriksaan, telah ditemukan sianida sebanyak 0,2 mg/liter dalam sampel lambung Mirna. Terkait penemuan itu, seorang ahli forensik dr. Djaja Surya Atmadja yang menjadi saksi di persidangan memberikan pandangan atas temuan tersebut.
Hadir pada podcast dr. Richard Lee, Djaja Surya Atmaja kembali mengulas pandangannya soal adanya sianida di tubuh Mirna. Menurutnya, kuat kemungkinan sianida yang terdapat di lambung Mirna adalah hasil dari pembusukan tubuh, semacam reaksi kimia yang menghasilkan suatu zat tertentu.
"Yang diambil tadi adalah darah, hati, isi lambung, dan urin. Semuanya negatif sianida, kecuali lambung yang menunjukkan positif sianida 0,2 mg per liter. 0,2 itu sangat kecil," katanya seperti dikutip dari kanal YouTube dr Richard Lee pada Senin, 9 Oktober 2023.
"Secara logika, jika ada sianida dalam jumlah besar, maka kecilnya mungkin. Tapi jika tidak ada, maka menjadi pertanyaan besar. Ini bisa saja terjadi akibat pembusukan, di mana pembusukan dapat menyebabkan keberadaan sianida, meskipun dalam jumlah kecil," jelasnya.
Kemudian, Djaja menjelaskan bahwa sianida bisa menjadi sebab kematian sesuatu ketika masuk ke dalam aliran darah, bukan ketika sudah ada di lambung.
"Dari lambung, sianida masuk ke dalam darah dan kemudian menuju hati melalui pembuluh darah," tegasnya.
"Dari lambung, sianida masuk ke dalam darah dan kemudian menuju hati melalui pembuluh darah," tegasnya.
"Di hati, tubuh kita memiliki mekanisme detoksifikasi yang mengubah CN- (sianida) menjadi S (tiosianida) dalam tubuh kita, menjadi CNS, yaitu tiosianida. Oleh karena itu, tanda adanya sianida dalam tubuh adalah keberadaan tiosianida dalam hati, darah, dan urin. Namun, tidak ada sianida yang terdeteksi dalam air liur," tambah dr. Djaja.
Kadar sianida yang cukup untuk menyebabkan kematian seseorang berkisar antara 150 hingga 250 mg. Sebagai contoh, jika 150 mg sianida masuk tubuh, seharusnya bisa terdeteksi dalam tubuh bahkan 2 jam setelah kematian. Tapi, sianida tak ditemukan dalam sampel tubuh Mirna.
"Jika 150 mg sianida masuk ke dalam lambung, dan jika isi lambung adalah 1 liter air, maka 150 mg per liter akan tetap ada dalam lambung, bahkan 2 jam setelah kematian. Jika kurang dari 150 mg, maka sianida akan terdeteksi dalam darah, urine, atau hati. Dari perspektif forensik, keberadaan sianida dalam kasus ini sangat tidak mungkin," tegasnya.